Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

(EKSKLUSIF) Rahasia di Balik “Bayi Jenius” Kenkulus yang Viral di Tiktok, Ini yang Dilakukan Orangtuanya

Beberapa waktu lalu, warganet sempat dibuat takjub dengan tingkah seorang bayi jenius Kenkulus yang viral di Tiktok.  Bukan tanpa sebab, bayi yang saat ini sudah berusia 24 bulan itu mampu menghafal beberapa rumus dan nama-nama organ pencernaan manusia, bahkan sejak usia 1 tahun. Ia juga mengetahui beberapa lambang kalkulus. Itu sebabnya, ia dijuluki “bayi jenius” Kenkulus oleh warganet. 


Kira-kira bagaimana parenting yang diterapkan Chika dan Kevin kepada buah hati mereka? Tim theAsianparent berkesempatan untuk berbincang langsung dengan Parents of the month bulan ini yaitu orangtua dari Kenkulus, Chika dan Kevin secara eksklusif. Yuk kulik rahasia mereka! 
Berkenalan dengan Kenkulus, Si Bayi Jenius yang Hafal Rumus



Bayi laki-laki bernama asli Kenneth Matthew, merupakan anak pertama dari pasangan Chika dan Kevin Immanuel yang lahir pada 12 Desember 2021 lalu. Julukan Kenkulus sendiri merupakan julukan yang diberikan warganet ketika Kenneth viral di Tiktok, yang merupakan singkatan dari Ken dan Kalkulus. Kemampuannya yang di atas rata-rata bayi seusianya membuat warganet juga menjulukinya sebagai ‘reinkarnasi Einstein’.


Meski usianya baru 2 tahun, bayi viral ini sudah pandai mengenal huruf, angka, menghafal beberapa rumus matematika, bahkan menghafal nama-nama organ serta mengetahui proses sistem pencernaan tubuh manusia. Sejak kecil, Ken diketahui sudah gemar ‘belajar’ dengan media buku-buku ilmu pengetahuan dan sains. Wah, hebat ya, Parents! 
Kejeniusan Kenkulus Sudah Tampak Sejak Bayi


Kehadiran Ken merupakan sebuah kebahagiaan bagi Chika dan Kevin. Sebagai orang tua baru, Chika juga sama seperti ibu lain yang merasa takut dan sangat berhati-hati dalam mengurusi bayinya yang baru lahir. Bahkan, ia mengakui bahwa ia pun tidak berani memandikan Ken yang masih merah kala itu. Untungnya sang suami, Kevin lebih santai dalam mengurus anak pertama  mereka sehingga untuk urusan memandikan Ken, sang suamilah yang justru bisa menanganinya. 


Perkembangan Ken pun sebenarnya sama seperti anak-anak lainnya. Ken sendiri diketahui sudah mulai berbicara pada usia 8 bulan. Ia juga senang belajar dan membaca buku sejak dini. Sebab, sang ibu memang kerap membiasakan Ken dibacakan buku-buku tentang ilmu pengetahuan dan sains sejak usia 8 bulan. Chika juga menanamkan pada sang anak bahwa bermain adalah belajar. Harapannya, agar Ken punya pemikiran bahwa belajar itu menyenangkan dan putranya akan enjoy melakukannya. Bahkan, kata yang pertama yang keluar dari mulut Ken adalah “belajar”. 


“Waktu umur 8 bulan, dia tuh nunjuk buku. Terus dia tuh bilang be-ya-jal, itu sih kata pertamanya yang ada artinya,” ungkap Chika. 


Chika lantas menceritakan awal mula dirinya tahu bahwa putranya punya kecerdasan di atas rata-rata ketika Ken berusia 1 tahun. “Pas dia di usia 1 tahun, yang mana ngomongnya juga masih belum jelas, Ken lagi makan, terus dia masukin makanan ke mulut, terus aku bilang waktu itu: ‘Ken, ayo makan, masukin ke mulut.’ Tiba-tiba dia lanjutin kata-katanya “Mulut, terus ke kerongkongan, terus ke lambung, usus halus, ucus alus,’ aku inget banget dia ngomong itu,” ujar Chika. 


Kala itu Chika kaget dan segera mengambil ponselnya untuk merekam lantas berusaha mengkonfirmasi apa yang didengarnya. “Aku tanya lagi sama dia. Ken, tadi bilang apa makanannya? Masuk mulut? Mulut, kerongkongan. Itu aku langsung ngeh ternyata anak ini beneran menyerap apa yang kita omongin,” imbuhnya. 


Momen itulah yang membuat Chika percaya bahwa stimulasi-stimulasi yang dilakukan di 1000 hari pertama kehidupan anak (golden age) memang benar-benar berdampak pada perkembangan anak. Ia tidak menyangka bisa membuktikan apa yang dibacanya di jurnal langsung berdampak pada buah hatinya. 


Artikel terkait: Wajib Tahu, Ini Alasan Bunda Harus Membacakan Buku untuk Bayi Setiap Hari
Menyukai Musik


Selain pada ilmu pengetahuan, si bayi jenius Kenkulus rupanya sedang tertarik dengan musik. Baby Ken pun difasilitasi drum kecil dan piano kecil oleh sang Bunda. 


Hebatnya, bayi jenius itu sudah bisa memainkannya pada nada yang cukup tepat. Ken juga suka mendengarkan lagu bahkan cepat menghafalnya. Selain itu, Kenneth juga tertarik dengan hal yang berbau mekanik. Bahkan, balita itu senang membongkar mesin mobil-mobilannya untuk melihat bagian-bagiannya. Sebagai ibu, Chika berusaha mendukung minat dan bakat anaknya, sambil tetap mengawasinya. 
“Anak itu Seperi Kertas Putih, Tergantung Orang Tua yang Melukisnya”



Bakat dan minat anak biasanya sudah tampak sejak kecil, hanya saja orang tua perlu lebih peka dan mau mendukung anak untuk mengeksplorasi bakat yang dimiliki anak. Hal tersebut juga dilakukan Chika yang juga melihat hal tersebut pada diri Kenneth. 


Chika menampik bahwa anaknya punya kelebihan. Menurutnya, itu karena Ken anak yang fokus sehingga daya tangkapnya cepat. Ia juga kerap membacakan Ken buku sedari kecil meskipun dirinya juga tidak mengetahui si kecil mengerti atau tidak.


“Sebenarnya kalau untuk perkembangannya menurut aku (Ken) sama dengan yang lain. Cuma bedanya, anak itu kan kayak kertas putih tergantung orang tuanya itu mau melukis apa. Jadi kalau anak lain, mungkin lebih unggul di bidang yang lain, kalau Ken itu tertariknya ke bidang sains,” ungkap Chika kepada Tim theAsianparent. 


Untuk mendukung minat sang anak, Chika sering mengajaknya melakukan eksperimen terutama terkait sains. Alhasil, Ken kini sudah familiar bahkan hafal dengan nama organ tubuh termasuk juga dengan fungsi-fungsinya. Begitu juga dengan rumus matematika dan bentuk bangun datar hingga ruang, seperti tabung, kotak, hingga lingkaran.


“Kadang kalau misalnya makan bakso, dia suka minta bapaknya ukurin, sekalian ukur yuk diameternya. Kadang orang ngeliatnya itu aneh, cuman aku sih, oh berarti dia paham apa yang kita jelaskan.” tambah Chika. 


Menurut Chika, orang tua boleh saja membiarkan anak mengeksplorasi apapun, tetapi dengan catatan harus tetap diawasi. “Jangan membiarkan anak eksplor sendiri, tetap diawasi dari hal-hal yang membahayakan mereka, misalnya main listrik, tapi jangan apa-apa dilarang. Nanti lama-lama anaknya juga tahu, apa yang dia sukai,” ungkap istri dari Kevin Emmanuelle ini. 
Rajin Menstimulasi Si Kecil



Sumber foto: dok. pribadi



Untuk mendukung perkembangan otak dan kecerdasan anak, stimulasi penting dilakukan orang tua lewat aktivitas bermain. Begitu juga dengan Chika dan suami. Sebagai orangtua, mereka tentu tidak ingin menyia-nyiakan masa golden age anak semata wayang mereka, di mana kecerdasan seorang anak sedang berkembang pesat. 


Karena itulah, berbagai stimulasi yang sesuai dengan usia anak mereka lakukan, seperti membiasakan Ken ‘akrab’ dengan buku-buku ilmu pengetahuan, memperkenalkan banyak objek di sekitarnya, bahkan Chika mengaku sang suami sempat membacakan buku Kalkulus saat Kenneth masih berada di dalam kandungan. “Bahkan, dulu waktu dia (Ken) belum bisa ngomong, dia suka tunjuk-tunjuk objek di sekelilingnya. Misalnya dia tunjuk tissue, aku kasih tahu. “Ken mau ini? Ini tissue namanya” Jadi, aku perkenalkan namanya apa,” ungkapnya. 


Menurutnya, hal-hal yang terlihat sederhana seperti itu bisa berdampak besar pada seorang anak. Ia juga menjelaskan, Ken sangat happy saat diberikan buku, dibanding main di playground. Hal itu karena Ken terbiasa “bermain” dengan buku. 


Chika menambahkan, stimulasi-stimulasi tersebut ia sudah lakukan sejak usia 0 bulan, bahkan sejak hamil. Chika juga melakukan stimulasi dengan  berbicara pada Ken sejak dalam kandungan. Terutama saat janin pada usia 27 minggu karena pada usia ini pendengaran janin sudah mulai aktif. Itulah sebabnya, ketika Ken lahir, ia lebih tenang ketika mendengar suara ayah dan ibunya karena sudah familiar sejak dalam kandungan. Ia juga sangat menjaga nutrisi seimbang selama hamil dengan makanan yang bergizi untuk perkembangan otak janin, seperti vitamin dan asam folat.


Kemudian sejak Kenneth baru lahir, Chika dan Kevin pun sudah mulai menstimulasi anak mereka. “Sejak bayi, dia (Kenneth) tummy time aja kan itu sudah termasuk stimulasi, kan. Nah, jadi dari 0 bulan sudah aku stimulasi sesuai tahapan milestone-nya”. Sebelum Ken bisa melihat dengan jelas (sekitar 2-3 bulan), ia juga diberikan contrast book untuk melatih fokus bayi. 


Artikel terkait: 8 Cara Stimulasi Bayi 1 Bulan, Optimalkan Kemampuan Visual hingga Motorik
Gaya Parenting Chika dan Kevin, Anak Harus Takut Akan Tuhan dan Mandiri



Chika mengaku tidak memiliki role model dalam mengasuh Ken. Hanya saja, ia sering sharing dengan teman dan juga sang mama. Selain itu, dia juga sering bertanya pada dokter anak setiap Ken imunisasi. Menurutnya yang paling penting, setiap orang tua mengetahui gaya parenting apa yang cocok untuk anak mereka. Sebab, setiap anak berbeda-beda. 


Chika mengungkapkan bahwa ia dan suami sudah membicarakan terkait pola pengasuhan mereka sejak sebelum menikah. Sebab, suami istri harus sepaham terkait pola asuh anak. Keduanya bersepakat untuk menggunakan pola didik yang mengutamakan Tuhan. Menurutnya, seseorang yang mengutamakan Tuhan dalam hidupnya umumnya tidak akan melakukan hal-hal yang buruk. Karena itu, ia dan suami ingin Kenneth memiliki kepintaran yang dia manfaatkan dengan baik untuk hidupnya kelak. 


Chika dan suami juga sudah membiasakan kemandirian sejak dini kepada Ken. Bahkan pada usia 1 tahun 4 bulan, Ken sudah bisa mengambil minum sendiri. Menurutnya, mengajarkan kemandirian serta melibatkan Ken dalam pekerjaan rumah tangga juga merupakan stimulasi. 


“Aku pengen anak aku walaupun laki-laki, dia tahu masak dan bersih-bersih memang hal basic yang cewek dan cowok memang harus lakukan, karena Kenneth nantinya akan menjadi kepala keluarga,” ungkap ibu satu anak ini. 


Selain kemandirian, Chika juga berusaha menumbuhkan rasa percaya diri pada putranya. Dia memberi kepercayaan pada Ken untuk mengambil minum sendiri. Sebab, ini akan berpengaruh saat Ken semakin dewasa nanti. 
Ayah dan Ibu Sama-sama Berbagi Tugas Mengasuh Anak


Mengasuh anak merupakan tugas kedua orang tua, baik ayah dan ibu harus terlibat di dalamnya. Lantas, bagaimana pembagian tugas Chika dan Kevin dalam mengasuh Ken?


Keduanya mengungkapkan bahwa keduanya sudah membicarakan pembagian peran sejak saat hamil. Jadi, saat Ken lahir keduanya sudah paham untuk saling membantu dalam melakukan perang masing-masing. 


“Kalau bagian begadang pasti dia, karena aku butuh tidur banyak. Kalau aku pumping, nanti Kevin yang menyusui ke anaknya kalau malam,” ujar Chika. 


“Kalau dari mandiin itu aku, karena aku dulu punya adik jadi lebih ngerti,” imbuh Kevin Immanuelle. 


Sejak Kenneth lahir, sang ayah, Kevin juga selalu mengajak bayinya bicara dengan menceritakan banyak hal untuk menstimulasi perkembangan bahasanya. “Kebetulan aku introvert, jadi kadang bingung mau menceritakan apa ke anak bayi. Akhirnya, aku menceritakan apa yang aku suka dan mengerti, seperti pelajaran, atau pun tentang ilmu seperti IPA. Karena aku ngerti, aku jelasin itu,” jelas Kevin. 


Kevin mengakui, ia lebih sering menstimulasi si kecil di bidang ilmu pengetahuan sains. Sedangkan Chika, lebih banyak  memberi stimulasi kecerdasan emosional sang anak. 
Bersyukur dan Bangga


Memiliki anak yang berkemampuan di atas rata-rata tentu menjadi hal membanggakan bagi orangtua. Chika dan Kevin pun merasakan hal itu. Namun mereka menekankan, semoga kepintaran Kenneth yang ia miliki bisa berguna bagi orang banyak saat ia tumbuh dewasa, bukan hanya untuk dirinya sendiri. 


Itulah cerita bayi jenius Kenkulus yang viral di Tiktok, dan bagaimana pola pengasuhannya. Semoga kisah Parents of the month bulan ini bisa menginspirasi ya, Parents. 


***



 



4 Tipe Pola Asuh Menurut Ahli, Apa Saja?



Anak pintar dan cerdas bisa terwujud bila orangtua rajin lakukan 10 hal ini



Apakah anak Anda memiliki IQ yang tinggi? Cek ciri-cirinya sesuai tahapan usia


http://dlvr.it/T1dNRf

Posting Komentar untuk "(EKSKLUSIF) Rahasia di Balik “Bayi Jenius” Kenkulus yang Viral di Tiktok, Ini yang Dilakukan Orangtuanya"