Tari Bedhaya Ketawang: Sejarah, Makna, dan Propertinya
Tari Bedhaya Ketawang adalah bentuk tarian Jawa kuno yang telah lama memegang tempat penting dalam budaya dan sejarah Indonesia. Bentuk tarian tradisional ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan masih dipentaskan khususnya di kawasan Yogyakarta. Sebab, dari provinsi daerah istimewa itu-lah Tari Bedhaya Ketawang itu berasal.
Gerakan para penari sering disamakan dengan keanggunan dan keindahan bunga teratai, dan musik serta kostumnya juga merupakan simbol budaya dan sejarah Jawa. Pada postingan blog kali ini, kita akan mengupas tentang sejarah, makna, dan pelaksanaan tari Bedhaya Ketawang yang diiringi oleh musik gamelan.
Artikel terkait: Beraneka Ragam, Ini 25 Tarian Tradisional dari Berbagai Provinsi di Indonesia
Sejarah Tari Bedhaya Ketawang
Menurut catatan sejarah, tarian ini muncul pada abad ke-15 atau ke-16 di Kerajaan Mataram, yang kala itu diperintah oleh Sultan Agung. Tarian dengan koreografi yang unik dan rumit ini muncul pada periode tahun 1613 – 1645, pada masa kekuasaan Sultan Agung.
Konon, saat tengah melakukan ritual semedi, Sultan Agung mendengar senandung nyanyian dari langit. Terpukau dengan senandung tersebut, Sultan Agung menggubah sebuah tarian yang diberi nama Tari Bedhaya Ketawang.
Legenda lain menyebutkan, tarian ini terinspirasi dari pertemuan Panembahan Senopati sang pendiri kerajaan Mataram dengan Kanjeng Ratu Kidul kala sedang bertapa.
Saat ini, tarian ini menjadi tarian kebesaran yang dipentaskan pada penobatan seorang raja, maupun pada upacara peringatan naik tahta seorang raja di Kasunanan Surakarta. Nama lainnya adalah Tingalan Jumenengan atau peringatan kenaikan tahta Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Menurut informasi dari situs pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta, nama Bedhaya sendiri diadopsi dari sebutan bagi para penari istana, sedangkan Ketawang berarti langit, untuk menggambarkan sesuatu yang tinggi dan luhur.
Tarian ini dianggap sebagai salah satu tarian tertua di Indonesia, dan tujuan utamanya adalah untuk mengekspresikan kekuatan, prestise, dan kekayaan istana. Ini adalah tarian yang sangat anggun dan lambat, dan dilakukan oleh dua atau lebih penari wanita yang masing-masing mengenakan sarung berwarna-warni dan dimahkotai dengan cara tradisional Jawa.
Tarian ini diiringi oleh musik Bedhaya Ketawang yang terdiri dari dua bagian instrumentasi gamelan. Musik ini dianggap sebagai bentuk musik gamelan yang paling indah dan kuat, dan secara tradisional dipertunjukkan untuk acara-acara khusus di istana.
Artikel terkait: Mengenal 8 Jenis Tarian Jawa Tengah yang Paling Populer di Tanah Air
Unsur tradisional tarian
Unsur tradisional tari Bedhaya Ketawang unik karena berakar kuat pada budaya, spiritualitas, dan sejarah Jawa. Tarian terdiri dari beberapa komponen yang berbeda, termasuk postur, gerak tubuh, dan gerakan.
Postur tersebut ditandai dengan tempo yang lambat, mantap, dan gerakan yang anggun, seperti menekuk lengan dan kaki dalam gerakan memutar.
Gerakan dan gerakan biasanya dilakukan dengan presisi dan kefasihan, karena ini dimaksudkan untuk mengungkapkan cerita dari setiap bagian. Selain itu, tarian tradisional Bedhaya Ketawang juga menggunakan berbagai properti untuk lebih menyempurnakan dampak visualnya.
Properti Tari Bedhaya Ketawang
1. Dodot Ageng
Dodot ageng atau basahan adalah kostum tari bedhaya ketawang dengan warna dominan hijau. Penari juga menggunakan kain cindhe dan sampur cindhe berwarna merah dengan motif cakar. Sampur cindhe berfungsi sebagai ikat pinggang.
2. Gelungan
Jenis gelungan yang digunakan adalah gelung bokor mengkurep yang bentuknya mirip dengan mangkuk terbalik. Gelungannya lebih besar dibandingkan gelungan model Yogyakarta.
3. Centhung
Centhung adalah sepasang hiasan di kepala. Bentuk centhung mirip dengan gapura atau gerbang rumah masyarakat Jawa.
4. Garuda Mungkur
Garuda mungkur dibuat dari bahan swasa dan bertabur intan. Posisinya adalah di bagian bawah sanggul bokor mengkureb.
5. Perhiasan
Penari pada umumnya menggunakan gelang, cincin dan bros. Gelangnya berbentuk lingkaran dan terbuat dari logam. Biasanya gelang berwarna kuning keemasan.
Sementara itu, cincinnya dikenakan di jari, baik jari pada tangan kanan maupun tangan kiri. Ada yang polos, dan ada yang berhiaskan intan maupun permata. Brosnya menjadi hiasan pada baju sehingga mempercantik penampilan si penari.
6. Sisir Jeram Saajar
Sisir jeram saajar adalah aksesoris yang dipakai oleh penari
7. Cundhuk Mentul
Cundhuk mentul adalah aksesoris berupa bunga goyang yang jumlahnya ada 9. Jumlah cundhuk mentul ini memiliki makna tersendiri, yaitu menggambarkan jumlah walisanga alias pemuka agama Islam pertama di nusantara.
8. Tiba Dhadha
Tiba dhadha adalah bunga melati yang dirangkai pada gelungan. Rangkaian bunga tersebut memanjang sampai dada di sisi bagian kanan.
Artikel terkait: Kaya Budaya! 123 Jenis Tarian Tradisional dari Berbagai Daerah di Indonesia
Arti tarian
Tari Bedhaya Ketawang merupakan tarian istana klasik Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun selama berabad-abad. Seperti sempat disinggung di awal, tarian ini menggambarkan percintaan antara dua insan, yakni Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul, sang penguasa Pantai Selatan Jawa.
Dipentaskan pada upacara-upacara adat sakral, yakni penobatan raja atau peringatan naik tahta, maka tarian ini menggambarkan kesakralan, sesuatu yang tinggi, luhur, dan mulia.
Kesimpulannya, Bedhaya Ketawang adalah tarian indah dan kuno yang telah diwariskan secara turun-temurun dan masih dipentaskan hingga saat ini. Ini adalah pengingat akan sejarah Jawa Tengah yang panjang dan kaya serta bukti ketahanan masyarakatnya.
5 Jenis Tarian Jawa Tengah yang Indah, Kenalkan pada Si Kecil, Bund!
Sejarah hingga Makna Mendalam Tari Remo Khas Jawa Timur
4 Tari Suku Tengger yang Masih Eksis di Wilayah Bromo, Tengger, dan Semeru
http://dlvr.it/SfWBJL
http://dlvr.it/SfWBJL
Posting Komentar untuk "Tari Bedhaya Ketawang: Sejarah, Makna, dan Propertinya"