Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Terapi Plasma Konvalesen pada COVID-19, Ini Manfaat dan Efek Samping

Semenjak pandemi COVID-19, banyak istilah baru yang mungkin Anda dengar. Salah satunya, terapi plasma konvalesen. Salah satu metode pengobatan dengan cara memasukkan cairan plasma individu yang telah pulih dari COVID-19 kepada individu yang masih berstatus sakit. Secara terminologi, konvalesen adalah istilah untuk individu yang telah pulih dari suatu penyakit. Sedangkan plasma adalah bagian darah yang cair, berwarna kekuningan dan mengandung antibodi. Antibodi merupakan protein yang dibentuk oleh tubuh sebagai respon terhadap infeksi.  Plasma konvalesen dari individu yang telah pulih dari Covid-19 umumnya mengandung antibodi terhadap virus penyebab, sehingga dapat membantu mempercepat proses pemulihan pada penderita Covid-19 yang memerlukan rawat inap. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (AS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia telah memberikan izin pakai darurat terapi plasma konvalesen dalam pengobatan Covid-19. Terapi ini umumnya ditujukan untuk kasus konfirmasi Covid-19 yang memerlukan rawat inap dan bergejala berat. Cara Kerja dan Manfaat Terapi Plasma Konvalesen Terapi plasma konvalesen adalah metode pengobatan dengan memberikan kekebalan pasif, yakni antibodi yang spesifik untuk infeksi tertentu. Dengan adanya kekebalan pasif, diharapkan antibodi dapat menetralkan virus penyebab infeksi secara cepat sehingga keparahan dan durasi penyakit dapat dikurangi. Plasma konvalesen diperoleh dari penyintas COVID-19 yang telah pulih sepenuhnya paling tidak selama 14 hari atau dua minggu sebelum mendonorkan darah. Pendonor wajib memiliki diagnosis Covid-19 yang telah terkonfirmasi melalui swab PCR dan memenuhi syarat lain untuk mendonorkan darah. Idealnya, plasma konvalesen diperoleh dari penyintas COVID-19 dengan kadar antibodi yang tinggi. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada batas nilai kadar antibodi yang dianggap tinggi untuk disebut layak sebagai donor plasma konvalesen. Secara umum, FDA AS memberi patokan bahwa penyintas COVID-19 dapat menjadi donor plasma konvalesen selama masih dalam kurun waktu 6 bulan setelah terdiagnosis. Terapi plasma konvalesen diberikan bersama-sama dengan terapi standar COVID-19, seperti antivirus dan berbagai terapi suportif lainnya. Dosis Terapi untuk Anak dan Dewasa Dosis optimal terapi plasma konvalesen pada COVID-19 belum diketahui oleh karena studinya masih berjalan hingga kini, baik di Indonesia maupun di dunia. Oleh sebab itu, dosis terapi plasma konvalesen di rumah sakit masih mengacu pada protokol yang dipakai pada uji klinis. Dosis yang dipakai umunya satu atau dua unit (kurang lebih 200-250 mL per unit). Di Indonesia, ada dua cara pemberian plasma konvalesen pada dewasa, yakni 200 mL sebanyak 2 kali di hari yang sama dan 200 mL sebanyak 2 kali di hari yang berbeda. Pemberian plasma konvalesen tambahan ditentukan berdasarkan pertimbangan dokter dan kondisi pasien. Pasien dengan gangguan fungsi jantung memerlukan volume yang lebih kecil dengan waktu transfusi yang lebih panjang.  Sedangkan untuk anak-anak, dosis plasma konvalesen sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah 200-500 mL untuk anak >40 kg, dan 10-15 mL/kg untuk anak
http://dlvr.it/S6WRRM

Posting Komentar untuk "Memahami Terapi Plasma Konvalesen pada COVID-19, Ini Manfaat dan Efek Samping"