Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dokter Paru Meninggal Usai Serahkan Ventilator demi Pasien Muda, Bu Susi: Selamat Jalan 

Seorang dokter paru meninggal dunia setelah menyerahkan ventilator kepada pasien yang usianya lebih muda dari dia dan tengah membutuhkan alat bantu pernapasan tersebut. Kisah mengharukan ini telah beredar di media sosial. Adalah Prof dr Taufik SpP(K), dokter sekaligus profesor ahli paru di salah satu rumah sakit. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Sumatera Barat ini rela memberikan ventilator demi pasiennya yang lebih membutuhkan. Kisah yang dibagikan oleh akun Twitter @dokterpodcast, Minggu 11 Juli lalu, merupakan kutipan dari tulisan panjang karya Mardisyaf Ramli. Kemudian, Mardisyaf Ramli membagikan kisah tersebut lewat Facebook  Dalam kisah tersebut dituliskan, Taufik yang terpapar COVID-19 dirawat di rumah sakit oleh anaknya yang juga ahli paru. Setelah beberapa hari menjalani perawatan, Taufik mengalami sesak nafas dan membutuhkan ventilator. Sebelum dilakukan pemasangan ventilator, Taufik menilai kondisinya sendiri melalui CT scan dan laboratorium lain. Namun, sang profesor malah menolak untuk dilakukan pemasangan ventilator. Pasalnya, dalam ilmunya, dia menilai ventilator tersebut sangat dibutuhkan bagi pasien yang berpotensi sembuh. Karena alasan itulah akhirnya dia memberikan ventilator tersebut kepada pasien yang lebih muda. “Dari ilmunya sang profesor berkesimpulan, ventilator ini sebaiknya diberikan saja pada orang yang hanya berpotensi untuk sembuh,” tulis akun tersebut. Kisah mengharukan Prof dr Taufik SpP(K) ini pun langsung menguak fakta-fakta menarik tentang sang dokter. Aksi heroik yang dilakukannya menjadi perhatian dan buah bibir netizen. 1. Siapakah Dokter Paru yang Meninggal Usai Serahkan Ventilator? Dr.dr.Taufiq,SpP. (Twitter/@dokterpodcast) Mardisyaf Ramli dalam tulisannya yang berjudul ‘Ujian Akhir Seorang Profesor’ menyebutkan, Prof dr Taufik adalah gurunya pada tahun 1979. “Siapakah sang Profesor tersebut? Yang pasti, dia adalah salah seorang guru saya tahun 1979,” tulis Mardisyaf Ramli.  Kisah nyata tersebut diceritakan oleh Mardisyaf Ramli yang diunggah oleh akun Twitter @dokterpodcast.  Dalam postingannya tersebut, Mardisyaf Ramli menyertakan foto dr Taufik. Dia juga mengungkapkan, bukan hanya para teman-teman sesama profesor, rektor ataupun dekan, tapi Profesor Taufik di detik akhir hidupnya tetap harus menjalani ujian. “Siapa lagi yang berhak menguji Profesor? Apakah teman-teman sesama Profesor, Rektor atau Dekan?. Ternyata bukan, beliau Prof, Prof Dr Taufik SpP(K) diuji oleh yang menciptakannya Allah SWT. Bagaimana cara Allah mengujinya? (Ujian Akhir Seorang Profesor),” tulis Mardisyaf di sampul berlatar foto Prof Dr Taufik. Artikel terkait: Kabar Duka, Suami Dewi Irawan Meninggal Dunia Karena Kanker Hati 2. Ventilator adalah Langkah Terakhir Penyelamatan Nyawa Pasien Mardisyaf mengungkapkan, anak Taufik langsung membawa sang profesor ke rumah sakit khusus penanganan COVID-19 agar ayahnya mendapatkan perawatan.  Setelah beberapa hari menjalani perawatan, Taufik mengalami sesak napas dan membutuhkan ICU serta ventilator. Mardisyaf juga memastikan bahwa pemasangan ventilator merupakan langkah terakhir bagi penyelamatan pasien. “Anda tahu, titik terakhir penyelamatan nyawa pasien sebagai usaha maksimal sebagai dokter adalah pemasangan ventilator,” imbuhnya. 3. Pesan Terakhir Sang Profesor Meski mengetahui kondisinya sudah memburuk dan membutuhkan alat bantu pernapasan, Taufik justru meminta agar ventilator tersebut tidak dipasangkan untuknya.  Melainkan, memberikan ventilator tersebut kepada pasien yang lebih muda yang dinilai lebih membutuhkannya. Padahal, tim medis telah menyiapkan ventilator tersebut untuk Taufik.  “Berikan ventilator ini pada pasien yang muda saja, mereka lebih perlu diselamatkan daripada saya,” imbuh sang profesor seperti diceritakan oleh Mardisyaf. Setelah memberikan ventilator tersebut kepada pasien yang usianya lebih muda, Taufik menghembuskan napas terakhirnya hanya dalam hitungan jam. Akun media sosial Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menuliskan, Prof Dr Taufik meninggal pada 8 Juli 2021 lalu. Prof. Taufik wafat di RS Persahabatan Jakarta. Artikel terkait: Ayah Yuni Shara dan Krisdayanti Meninggal Dunia, Lepas Kepergian Lewat Video Call 4. Susi Pudjiastuti: Selamat Jalan Prof  Cuitan Susi Pudjiastuti. (Twitter) Kisah dokter paru yang meninggal setelah menyerahkan ventilator kepada pasien yang usianya lebih muda tersebut membuat netizen ikut merasa terharu. Bahkan, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sempat mengomentari kisah tersebut melalui akun Twitter miliknya. “Keluhuran jiwa .. selamat jalan Prof .. semoga Tuhan memberi tempat terbaik disisiNya,” cuit Susi Pudjiastuti di Twitternya. 5. Ventilator sebagai Alat Bantu Pernapasan Saat permintaan ventilator meningkat, para dokter justru berusaha menghindari pemakaian alat bantu pernapasan tersebut diberikan kepada pasien kronis COVID-19.  Bukan karena keterbatasan alat, tetapi disebabkan dari data statistik yang menunjukkan bahwa pasien COVID-19 justru menghembuskan napas terakhirnya setelah dipakaikan alat bantu ventilator. Demikian seperti dilansir dari Kompas TV. Sekadar diketahui, ventilator adalah alat bantu pernapasan dengan cara kerjanya untuk memompa oksigen ke dalam paru-paru pasien yang tidak lagi berfungsi.  Untuk memasangkan alat bantu pernapasan ini, pasien gawat biasanya dibius terlebih dahulu. Lalu, saluran napas akan dimasukkan pipa pernapasan. Artikel terkait: Ayah Irwansyah Meninggal Dunia Karena COVID-19, Zaskia Sungkar: “Kumpul di Surga InsyaAllah” Berdasarkan data statistik secara umum menunjukkan, 40 sampai 50 persen pasien dengan keluhan gangguan pernapasan akut, meninggal saat dirawat menggunakan ventilator. Bahkan, berdasarkan laporan pejabat kota maupun federal, lebih dari 80 persen pasien yang dipasangi ventilator pada kasus virus COVID-19 di New York City justru meninggal dunia. Tak hanya di New York, laporan sama datang dari China dan Inggris. Dalam sebuah laporan di Inggris mengungkapkan, tingkat kematian akibat alat bantu pernapasan ini sekitar 66 persen.  Sementara itu, riset kecil di Wuhan, China melaporkan, tingkat kematian pasien dengan ventilator hingga 86 persen.  Meski demikian, banyak spekulasi tentang topik tersebut. Para pakar medis pun mengungkapkan, ventilator bisa menimbulkan dampak negatif pada pasien, karena oksigen bertekanan tinggi dipaksa masuk ke dalam alveola di paru-paru pasien. Itulah kisah mengharukan dokter paru yang meninggal dunia setelah menyerahkan ventilator untuk pasien yang lebih muda. Semoga dari kisah Prof dr Taufik SpP(K) kita bisa memetik pelajaran berharganya ya Parents!   : Ciri-Ciri Corona Varian Delta, Pahami agar Bisa Mengenali Gejalanya 10 Anggota Keluarga Positif COVID-19, Ayah Meninggal karena Terpapar Virus Varian Delta Fakta Covid-19 Varian Delta, Parents Perlu Tahu! The post Dokter Paru Meninggal Usai Serahkan Ventilator demi Pasien Muda, Bu Susi: Selamat Jalan  appeared first on theAsianparent: Situs Parenting Terbaik di Indonesia.
http://dlvr.it/S3xlXs

Posting Komentar untuk "Dokter Paru Meninggal Usai Serahkan Ventilator demi Pasien Muda, Bu Susi: Selamat Jalan "