Kekurangan Zat Besi pada Bayi Bisa Dicegah, Ini Penjelasan Dokter Anak!
Kekurangan zat besi atau defisiensi zat besi mungkin dialami beberapa bayi sejak ia lahir. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, termasuk asupan zat besi yang kurang sejak bayi di dalam kandungan.
Apa saja penyebabnya? Ini penjelasan dokter anak.
Artikel terkait: Anemia defisiensi besi bisa ganggu kecerdasan anak, kenali gejalanya!
Peran Zat Besi untuk Tumbuh Kembang Bayi
Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K) mengatakan kalau tercukupinya nutrisi dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan kebutuhan bagi setiap anak, dan ini dimulai selama masa kehamilan, termasuk memastikan kecukupan zat besi anak sejak ia lahir.
Zat besi berperan penting bagi tumbuh kembang anak, diantaranya sebagai pertahanan tubuh. Jika bayi kekurangan zat besi, masalah kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang mungkin akan dialami si kecil.
“Yang paling bahaya dari kekurangan mikro nutrien zat besi adalah dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Juga pada penyakit defisiensi zat besi yaitu pada usia seribu hari kehidupan, sejak di dalam kandungan sampai usia dua tahun. Itu yang paling krusial bila mengalami kekurangan zat besi atau defisiensi zat besi,” kata Prof. Rini.
Mengapa kekurangan zat besi bisa sangat krusial bagi tumbuh kembang anak?
Karena zat besi sangat penting untuk otak dan susunan saraf pusat. Pertumbuhan otak dan susunan saraf pusat ini dimulai sejak minggu ketiga kehamilan.
“Pada masa itu penting untuk pembentukan sel-sel otak, di mana zat besi merupakan salah satu komponen yang membantu untuk proses mielin, atau menghubungkan serabut saraf dengan sinaps otak,” lanjut Prof. Rini.
Dampak Kekurangan Zat Besi pada Anak
Dikatakan oleh Prof. Rini, ada dua dampak bila bayi mengalami kekurangan zat besi atau defisiensi zat besi. Yaitu, dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangannya.
“Dampak kekurangan zat besi ada dua, terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Kalau pertumbuhan biasanya yang paling buruk adalah tinggi badannya lebih rendah dari pada yang tidak anemia. Satu lagi dia mudah sakit, karena dia penting untuk menjaga imunitas atau daya tahan tubuh anak. Sedangkan pengaruhnya pada perkembangan ialah rendahnya IQ.”
“Anak anemia yang tidak ditangani kemudian ialah IQ nya lebih rendah, dan nggak bisa balik lagi walaupun sudah diberikan suplemen tambahan,” tutur Prof. Rini.
Artikel terkait: Cukupkah Kandungan Zat Besi pada Makanan Bayi Anda?
Pencegahan Kekurangan Zat Besi pada Bayi
Menurut Prof. Rini, salah satu pencegahan anemia agar dampak di atas tidak dialami oleh bayi sampai remaja, yaitu dengan mencukupi zat besinya sejak awal.
“Bayi itu butuh zat besi untuk proses pembentukan sel-sel otak. Dari mana asal zat besi itu, dari ASI, juga di dalam tubuhnya terdapat cadangan zat besi, itu terdapat dalam hati ataupun jantung,” jelas Prof. Rini.
ASI merupakan makanan paling baik untuk bayi, akan tetapi ini sangat dipengaruhi oleh asupan ibu menyusui bahkan sejak ia hamil.
Bila kadar zat besi ibu sedikit, tidak mencukupi kebutuhan zat besi bayi, dianjurkan untuk diberikan suplementasi besi sebagai pencegahan terjadinya anemia.
“Suplementasi zat besi untuk bayi sudah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diberikan pada bayi yang cukup bulan mulai paling lambat tiga bulan. Tapi begitu bayi lahir, sering sakit atau menunjukkan tanda anemia, ternyata HB nya rendah atau anemia defisiensi besi, perlu segera diberikan,” ungkap Prof. Rini.
Artikel terkait: 19 Makanan kaya zat besi untuk bayi selain daging, Parents perlu tahu!
Selain itu zat besi juga bisa didapatkan dari makanan hewani dan nabati. Namun Prof. Rini mengatakan kalau makanan hewani yang paling mudah memasok zat besi.
“Makanan hewani juga bisa dibantu juga dengan penambahan vitamin C. Kalau penyerapannya paling bagus saat perut kosong, atau diberikan satu jam sebelum makan. Tidak boleh diberikan bersamaan dengan susu, harus diberikan sendiri. Contoh makanan yang mengandung zat besi adalah daging merah 100g zat besinya 2 mg. MPASI juga perlu penambahan zat besi,” dijelaskan oleh Prof. Rini.
Terakhir, Prof. Rini mengatakan untuk tidak khawatir memberikan anaknya suplementasi zat besi untuk pencegahan anemia. Karena dosis pencegahan tidak akan memberatkan organ tubuh lain.
“Anemia pada anak masih sering ditemukan, bisa berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya. Pencegahan dilakukan sedini mungkin termasuk pemberian suplementasi, kadang orang tua khawatir minum obat ini itu, tidak apa-apa karena diberikannya dosis pencegahan dan diberikan sehari sekali. Jadi jangan khawatir, karena pemberian suplementasi itu ada kaidahnya yang tidak membebani organ tubuh lain,” tutup Prof. Rini.
Semoga informasi ini bermanfaat!
***
Anda bisa bergabung dengan jutaan ibu lainnya di aplikasi theAsianparent untuk berinteraksi dan saling berbagi informasi terkait kehamilan, menyusui, dan perkembangan bayi dengan cara klik gambar di bawah ini.
Baca juga
Anemia pada Anak: Ketahui Penyebab, Gejala, hingga Faktor Risiko
http://dlvr.it/T76vjf
Apa saja penyebabnya? Ini penjelasan dokter anak.
Artikel terkait: Anemia defisiensi besi bisa ganggu kecerdasan anak, kenali gejalanya!
Peran Zat Besi untuk Tumbuh Kembang Bayi
Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K) mengatakan kalau tercukupinya nutrisi dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan kebutuhan bagi setiap anak, dan ini dimulai selama masa kehamilan, termasuk memastikan kecukupan zat besi anak sejak ia lahir.
Zat besi berperan penting bagi tumbuh kembang anak, diantaranya sebagai pertahanan tubuh. Jika bayi kekurangan zat besi, masalah kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang mungkin akan dialami si kecil.
“Yang paling bahaya dari kekurangan mikro nutrien zat besi adalah dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Juga pada penyakit defisiensi zat besi yaitu pada usia seribu hari kehidupan, sejak di dalam kandungan sampai usia dua tahun. Itu yang paling krusial bila mengalami kekurangan zat besi atau defisiensi zat besi,” kata Prof. Rini.
Mengapa kekurangan zat besi bisa sangat krusial bagi tumbuh kembang anak?
Karena zat besi sangat penting untuk otak dan susunan saraf pusat. Pertumbuhan otak dan susunan saraf pusat ini dimulai sejak minggu ketiga kehamilan.
“Pada masa itu penting untuk pembentukan sel-sel otak, di mana zat besi merupakan salah satu komponen yang membantu untuk proses mielin, atau menghubungkan serabut saraf dengan sinaps otak,” lanjut Prof. Rini.
Dampak Kekurangan Zat Besi pada Anak
Dikatakan oleh Prof. Rini, ada dua dampak bila bayi mengalami kekurangan zat besi atau defisiensi zat besi. Yaitu, dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangannya.
“Dampak kekurangan zat besi ada dua, terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Kalau pertumbuhan biasanya yang paling buruk adalah tinggi badannya lebih rendah dari pada yang tidak anemia. Satu lagi dia mudah sakit, karena dia penting untuk menjaga imunitas atau daya tahan tubuh anak. Sedangkan pengaruhnya pada perkembangan ialah rendahnya IQ.”
“Anak anemia yang tidak ditangani kemudian ialah IQ nya lebih rendah, dan nggak bisa balik lagi walaupun sudah diberikan suplemen tambahan,” tutur Prof. Rini.
Artikel terkait: Cukupkah Kandungan Zat Besi pada Makanan Bayi Anda?
Pencegahan Kekurangan Zat Besi pada Bayi
Menurut Prof. Rini, salah satu pencegahan anemia agar dampak di atas tidak dialami oleh bayi sampai remaja, yaitu dengan mencukupi zat besinya sejak awal.
“Bayi itu butuh zat besi untuk proses pembentukan sel-sel otak. Dari mana asal zat besi itu, dari ASI, juga di dalam tubuhnya terdapat cadangan zat besi, itu terdapat dalam hati ataupun jantung,” jelas Prof. Rini.
ASI merupakan makanan paling baik untuk bayi, akan tetapi ini sangat dipengaruhi oleh asupan ibu menyusui bahkan sejak ia hamil.
Bila kadar zat besi ibu sedikit, tidak mencukupi kebutuhan zat besi bayi, dianjurkan untuk diberikan suplementasi besi sebagai pencegahan terjadinya anemia.
“Suplementasi zat besi untuk bayi sudah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diberikan pada bayi yang cukup bulan mulai paling lambat tiga bulan. Tapi begitu bayi lahir, sering sakit atau menunjukkan tanda anemia, ternyata HB nya rendah atau anemia defisiensi besi, perlu segera diberikan,” ungkap Prof. Rini.
Artikel terkait: 19 Makanan kaya zat besi untuk bayi selain daging, Parents perlu tahu!
Selain itu zat besi juga bisa didapatkan dari makanan hewani dan nabati. Namun Prof. Rini mengatakan kalau makanan hewani yang paling mudah memasok zat besi.
“Makanan hewani juga bisa dibantu juga dengan penambahan vitamin C. Kalau penyerapannya paling bagus saat perut kosong, atau diberikan satu jam sebelum makan. Tidak boleh diberikan bersamaan dengan susu, harus diberikan sendiri. Contoh makanan yang mengandung zat besi adalah daging merah 100g zat besinya 2 mg. MPASI juga perlu penambahan zat besi,” dijelaskan oleh Prof. Rini.
Terakhir, Prof. Rini mengatakan untuk tidak khawatir memberikan anaknya suplementasi zat besi untuk pencegahan anemia. Karena dosis pencegahan tidak akan memberatkan organ tubuh lain.
“Anemia pada anak masih sering ditemukan, bisa berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya. Pencegahan dilakukan sedini mungkin termasuk pemberian suplementasi, kadang orang tua khawatir minum obat ini itu, tidak apa-apa karena diberikannya dosis pencegahan dan diberikan sehari sekali. Jadi jangan khawatir, karena pemberian suplementasi itu ada kaidahnya yang tidak membebani organ tubuh lain,” tutup Prof. Rini.
Semoga informasi ini bermanfaat!
***
Anda bisa bergabung dengan jutaan ibu lainnya di aplikasi theAsianparent untuk berinteraksi dan saling berbagi informasi terkait kehamilan, menyusui, dan perkembangan bayi dengan cara klik gambar di bawah ini.
Baca juga
Anemia pada Anak: Ketahui Penyebab, Gejala, hingga Faktor Risiko
http://dlvr.it/T76vjf
Posting Komentar untuk "Kekurangan Zat Besi pada Bayi Bisa Dicegah, Ini Penjelasan Dokter Anak!"