Anemia pada Ibu Hamil: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi
Bunda, pernahkah merasakan tanda-tanda anemia selama hamil? Sebuah studi mengungkap, dalam 60% kasus, penyebab anemia pada ibu hamil ini disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang berfungsi menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Anemia pada ibu hamil memang umum terjadi. Kondisi ini disebabkan meningkatnya volume darah selama kehamilan. Namun, kasus anemia yang parah bisa menempatkan ibu dan bayi dalam bahaya.
Risiko anemia ibu hamil tidak main-main, ibu hamil yang mengalami anemia menghadapi risiko kematian dalam masa kehamilan. Setiap tahunnya, terjadi 500 ribu kematian ibu pasca melahirkan di seluruh dunia, sebanyak 20-40% penyebab utama kematian tersebut adalah anemia.
Artikel Terkait: Berbahaya bagi Ibu dan Janin, Kenali Risiko dan Gejala Anemia Saat Hamil!
Bahaya Anemia pada Ibu Hamil
Corazon Zaida N. Gamila, M.D., seorang pakar ginekologi dari Filipina mengatakan, “Peran Zat Besi sebagai salah satu Mikronutrisi yang dibutuhkan ibu selama kehamilan yang menentukan kualitas kesehatan anak di masa depan.”
Kasus anemia yang paling sering terjadi adalah anemia defisiensi besi. Dalam Konvensi Anemia Sedunia tahun 2017 lalu, dinyatakan bahwa sekitar 41,8% ibu hamil di dunia mengalami kondisi anemia.
“Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada ibu hamil meningkatkan dampak atau risiko terjadinya pendarahan, preeklampsia, dan infeksi kehamilan. Ibu hamil yang menderita ADB juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, bayi dengan anemia ataupun kekurangan zat besi, bahkan kematian pada bayi,” paparnya saat ditemui dalam acara Merck Pediatric Forum 2018.
Anemia parah yang dialami ibu hamil juga dapat menyebabkan kerusakan organ vital seperti jantung, otak, hingga kematian. Kondisi anemia yang dibiarkan tanpa pengobatan dapat meningkatkan risiko ibu kehilangan banyak darah selama bersalin.
Oleh sebab itu, sangat penting ibu hamil mengonsumsi asam folat dan suplemen zat besi untuk mencegah anemia ini. Hal ini karena, selama hamil jantung Bunda akan bekerja dua kali lebih keras untuk memberikan nutrisi pada janin. Volume darah di tubuh ibu juga akan meningkat sebanyak 30-50%, yang menyumbang kenaikan berat badan saat hamil.
Jenis Anemia yang Sering Dialami
Terdapat beberapa jenis anemia pada ibu hamil, salah satunya adalah yang disebabkan oleh proses persalinan. Berikut beberapa jenis anemia selama hamil yang perlu diketahui:
1. Anemia defisiensi besi
Seperti telah disebutkan sebelumnya, jenis anemia yang satu ini adalah yang paling sering dialami oleh ibu hamil. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak cukup mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi untuk menghasilkan jumlah hemoglobin yang cukup. Itu adalah protein dalam sel darah merah. Ini membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Pada anemia defisiensi besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup ke jaringan di seluruh tubuh. Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan.
2. Anemia defisiensi folat
Folat adalah vitamin yang ditemukan secara alami dalam makanan tertentu seperti sayuran berdaun hijau. Tubuh membutuhkan folat untuk memproduksi sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat.
Selama kehamilan, perempuan membutuhkan asupan folat ekstra. Namun, kadang-kadang nutrisi ini tidak diperoleh cukup dari makanan. Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat cukup sel darah merah normal untuk mengangkut oksigen ke jaringan di seluruh tubuh. Suplemen folat buatan manusia disebut asam folat.
Kekurangan folat dapat secara langsung berkontribusi pada jenis cacat lahir tertentu, seperti kelainan tabung saraf (spina bifida) dan berat badan lahir rendah.
3. Anemia defisiensi vitamin B12
Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat. Ketika seorang ibu hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan mereka, tubuh mereka tidak dapat memproduksi cukup sel darah merah yang sehat.
Ibu hamil yang tidak mengonsumsi daging merah, daging unggas, produk susu, dan telur memiliki risiko lebih besar mengalami kekurangan vitamin B12. Ini dapat menyebabkan cacat lahir, seperti kelainan tabung saraf, dan dapat menyebabkan persalinan prematur.
Artikel Terkait: 5 Manfaat ikan nila untuk ibu hamil, salah satunya mencegah anemia
Penyebab dan Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil
Kekurangan asupan asam folat dan zat besi menjadi penyebab anemia pada ibu hamil. Jadi, pastikan ibu hamil mengonsumsi cukup asam folat dan zat besi untuk mencegah terjadinya anemia. Asam folat bisa didapat dari makanan yang mengandung asam folat. Selain makanan, ibu hamil juga bisa memperolehnya dari suplemen asam folat.
Sementara itu, setiap ibu hamil memang berisiko mengalami anemia, Bun. Ini terjadi karena tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak kandungan zat besi dan asam folat lebih banyak daripada sebelumnya. Namun, kemungkinan mengalami kondisi ini akan lebih tinggi jika Bunda memiliki faktor risiko anemia pada ibu hamil sebagai berikut:
1. Hamil anak kembar
Bunda yang mengandung lebih dari satu bayi memiliki risiko lebih tinggi mengalami anemia. Ini karena semakin banyak bayi yang dikandung tentunya membutuhkan semakin banyak darah. Pastikan kondisi kehamilan Bunda ini dengan melakukan USG dan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan saran tindakan yang harus dilakukan.
2. Hamil dalam waktu berdekatan
Bunda sedang hamil lagi setelah belum lama melahirkan? Kondisi ini juga bisa memicu anemia pada kehamilan berikutnya. Ini terjadi karena kondisi tubuh yang memerlukan darah berlebih sejak kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya.
3. Muntah-muntah
Morning sickness adalah hal normal yang terjadi pada ibu hamil. Beberapa bumil mengalami mual hingga muntah-muntah di pagi hari atau di waktu-waktu lainnya sepanjang hari. Ini juga dapat meningkatkan risiko Bunda mengalami anemia.
4. Hamil di usia remaja
Apakah Bunda masih tergolong dalam usia remaja? Jika iya, maka kandungan Bunda memerlukan penanganan khusus agar tetap kuat. Bukan hanya untuk janin, ibu juga memerlukan perhatian lebih karena memiliki risiko lebih tinggi terpapar anemia.
5. Kurang konsumsi zat besi
Selama hamil, Bunda harus memerhatikan asupan apa saja yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu yang paling penting adalah konsumsi makanan yang kaya akan zat besi.
Bunda bisa mengonsumsi sayuran hijau seperti bayam, brokoli, telur, buah bit, dan masih banyak lagi. Tambahan vitamin zat besi yang disarankan oleh dokter juga bisa dikonsumsi sebagai asupan tambahan.
6. Mengalami anemia pada kehamilan sebelumnya
Bila Bunda pernah mengalami anemia pada kehamilan sebelumnya, maka kehamilan berikutnya berisiko mengalami kondisi yang sama. Untuk mencegahnya, Bunda bisa mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, folat dan jga B12. Selain itu, konsultasikan dengan dokter mengenai kondisi ini agar bisa dilakukan tindakan pencegahan.
Artikel Terkait: Mencegah anemia pada ibu hamil, lakukan 5 cara sederhana berikut ini
Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil dapat diketahui dari sejumlah gejala-gejala yang dialami. Berikut ini beberapa gejala anemia pada ibu hamil:
Mudah lelah
Lemas dan lesu
Detak jantung lebih cepat dan tidak beraturan
Sulit berkonsentrasi
Napas pendek
Kulit pucat
Sakit di bagian dada bisa jadi salah satu ciri ciri anemia pada ibu hamil
Pusing atau berkunang-kunang
Tangan dan kaki terasa dingin
Cara Mendiagnosis Anemia pada Ibu Hamil
Pada pemeriksaan pertama kehamilan, Bunda biasanya akan diminta untuk melakukan tes darah. Tes inilah yang bisa mendiagnosis apakah Bunda mengalami anemia atau tidak. Tes darah tersebut biasanya meliputi:
1. Tes hemoglobin
Tes ini mengukur jumlah hemoglobin dalam darah. Hemoglobin sendiri merupakan protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dalam tubuh.
2. Tes hematocrit
Tes ini mengukur persentase sel darah merah yang terkandung pada sampel darah Bunda. Jadi, kedua tes ini tidak boleh dihindari karena bisa mendiagnosis keadaan Bunda di awal kehamilan.
3. Tes lainnya yang diperlukan
Jika memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit yang lebih rendah dari normal, Bunda mungkin mengalami anemia defisiensi besi. Jika kondisi ini terjadi, dokter Anda mungkin menyarankan pemeriksaan tes darah lainnya untuk menentukan apakah Anda memiliki kekurangan zat besi atau penyebab lain.
Bahkan, jika Bunda tidak mengalami anemia pada awal kehamilan, kemungkinan besar dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan tes darah lagi untuk memeriksa anemia pada trimester kedua atau ketiga.
Seorang ibu hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 7 g/dL dapat dikatakan mengalami anemia parah dan perlu segera dibawah ke UGD. Sedangkan kadar Hb sekitar 6-10 g/dL juga alangkah baiknya mendapatkan transfusi darah apabila memiliki riwayat gangguan hematologis dan postpartum.
Transfusi diperlukan apabila kadar Hb menurun akibat anemia hingga di bawah 6 g/dL, dan akan melahirkan kurang dari 4 minggu. Namun, Anda tetap perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menerima transfusi darah.
Kemenkes RI menganjurkan agar setiap ibu hamil menjalani tes darah, seperti cek kadar Hb. Idealnya satu kali pemeriksaan kandungan pertama di trimester kedua dan sekali pada trimester ketiga. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah Bunda mengalami anemia pada ibu hamil.
Cara Mengatasi Anemia pada Ibu Hamil
Bila Bunda mengalami gejala anemia seperti yang telah disebutkan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk bisa memberikan resep suplemen zat besi sesuai kondisi yang Bunda alami. Berikut beberapa cara lainnya untuk mengatasi anemia pada ibu hamil:
Konsumsi makanan kaya zat besi
Sebagian besar kasus anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi. Oleh karena itu, Bunda perlu mengonsumsi makanan kaya kandungan zat besi, seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, kacang-kacangan, buah kering, dan lain-lain. Jangan lupa perbanyak konsumsi buah yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi lebih maksimal.
Suplemen zat besi tambahan
Dokter kandungan Bunda mungkin meresepkan suplemen zat besi harian untuk dikonsumsi selain vitamin prenatal. Pastikan Bunda mengonsumsi berbagai vitamin prenatal sesuai dengan arahan dan anjuran dokter.
Untuk hasil maksimal, minumlah suplemen zat besi dengan segelas jus jeruk, tetapi hindari jenis yang diperkaya kalsium (vitamin C membantu meningkatkan penyerapan zat besi, tetapi kalsium dapat menurunkannya). Anda juga bisa mengonsumsi atau jus prune yang juga membantu mengatasi sembelit yang tak terhindarkan akibat zat besi ekstra.
Ingatlah bahwa penentuan waktu konsumsi suplemen ini juga merupakan hal yang penting. Selama satu jam sebelum Anda mengonsumsi suplemen zat besi dan dua jam setelahnya, hindari susu, keju, yogurt, telur, bayam, biji-bijian, kopi dan teh, karena dapat menghambat penyerapan zat besi.
Artikel Terkait: 8 Vitamin yang Bagus untuk Ibu Hamil Rekomendas, Ini Cara Memilihnya
Cara Mencegah Anemia pada Ibu Hamil
Agar Bunda tidak mengalami anemia selama kehamilan, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegahnya:
1. Asupan zat besi yang cukup
Meskipun tidak semua kasus anemia pada kehamilan dapat dicegah, mengonsumsi cukup zat besi sangat membantu untuk menghindari kondisi tersebut. Sebelum Bunda hamil, itu berarti mengonsumsi 18 miligram (mg) zat besi per hari. Setelah hamil, Bunda harus menargetkan 27 mg per hari.
CDC merekomendasikan ibu hamil dengan kondisi anemia untuk mengonsumsi suplemen zat besi sebanyak 30 mg/hari sejak cek kandungan pertama kali demi mencegah anemia defisiensi besi. Sementara itu, WHO dan Kemenkes RI merekomendasikan konsumsi suplemen folat anemia dengan dosis 400 mcg/hari.
2. Pola makan sehat
Sementara vitamin prenatal mencakup kebutuhan dasar Anda bersama dengan kebutuhan nutrisi penting lainnya seperti asam folat dan vitamin B12. Bunda juga harus mencoba makan berbagai makanan sehat yang tinggi zat besi. Ini termasuk:
Sereal yang diperkaya zat besi (18 mg per porsi)
Daging sapi tanpa lemak (2 mg dalam 3 ons)
Hati (5 mg dalam 3 ons hati sapi)
Kacang-kacangan dan polong-polongan (4 mg dalam 1/2 cangkir kacang putih; 3 mg dalam 1/2 cangkir lentil)
Sayuran berdaun hijau (6 mg dalam 1 cangkir bayam matang)
Biji-bijian dan kacang-kacangan (2 mg dalam 1 ons atau 18 kacang mete)
Dark chocolate (7 mg dalam 3 ons)
Kentang panggang (2 mg untuk kentang sedang)
Produk susu yang terpasteurisasi
Makanan laut seperti cumi, ikan, dan udang
Sertakan juga makanan yang tinggi vitamin C untuk membantu tubuh Bunda menyerap lebih banyak zat besi. Berikut beberapa di antaranya:
Jeruk
Stroberi
Kiwi
Tomat
Paprika
Bunda bisa mencoba makan makanan tersebut bersamaan dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi. Misalnya, Bunda bisa minum segelas jus jeruk dan makan sereal yang diperkaya zat besi untuk sarapan.
Vitamin C dapat membantu proses penyerapan zat besi dari makanan oleh tubuh lebih efisien. Kebutuhan vitamin C harian bisa didapatkan dari konsumsi suplemen dengan catatan telah dikonsultasikan ke dokter.
3. Asupan Tinggi Folat
Selain zat besi, folat juga diperlukan untuk mencegah anemia. Pilihlah makanan yang tinggi folat untuk membantu mencegah kekurangan folat. Ini termasuk:
Sayuran berdaun hijau
Jeruk
Kacang kering
Roti dan sereal yang diperkaya dengan asam folat
Gandum
Kuning telur
Buah-buahan
Artikel Terkait: 7 Manfaat Telur untuk Bumil yang Jarang Diketahui
4. Rajin Periksa Kehamilan
Ikuti instruksi dokter kandungan Anda untuk memeriksakan kehamilan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dengan demikian, Bunda bisa mengetahui kondisi terbaru dan penanganan yang perlu dilakukan jika terjadi kondisi tertentu, termasuk anemia. Selain itu, jangan lupa untuk mengonsumsi vitamin prenatal yang telah diresepkan oleh dokter untuk menjaga Anda dan buah hati tetap sehat.
Artikel Terkait: 10 Daftar Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1 yang Harus Dilakukan
Pengalaman Anemia pada Ibu Hamil
Anemia kerap terjadi saat kehamilan karena meningkatnya volume darah, dan bisa juga disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi, asam folat, serta vitamin B12. Kondisi serupa juga banyak dialami para ibu hamil yang berbagi pengalamannya lewat theAsianparent Community.
Beberapa ibu mengatakan bahwa dirinya alami anemia saat hamil, bahkan ada yang mempunyai riwayat kurang darah. Kondisi tersebut membuat bunda Mela khawatir jika anemia berpotensi membuat ia kekurangan darah juga lemas saat melahirkan nantinya. Parents, berikut ini ada tips yang dibagikan untuk mengatasi anemia:
Konsultasikan ke dokter
Apabila Anda mengalami anemia, disarankan agar segera berkonsultasi ke dokter atau bidan untuk mengetahui kadar hemoglobin, dan mencari tahu penyebab dari anemia tersebut.
Dokter biasanya akan memberikan suplemen penambah darah yang dikonsumsi menjelang tidur/sesuai resep. Konsumsi obat tersebut tak jarang menimbulkan efek samping pada sebagian orang.
Jika merasakan efek samping seperti mual, muntah, pusing Anda lebih baik meminta saran dokter untuk diresepkan obat lainnya.
Makan makanan bergizi
Makanan juga punya peran besar untuk mencegah terjadinya anemia, terutama yang mengandung zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Bunda Eva memberi tips supaya rutin mengonsumsi makanan kaya zat besi yang bisa diperoleh dari hati ayam, bayam, kacang-kacangan, bayam, dan sebagainya.
Selain makanan, cukupi juga kebutuhan cairan misalnya dengan konsumsi susu, air putih, atau jus buah segar.
Pertanyaan Populer Terkait Anemia pada Ibu Hamil
Apa yang terjadi jika ibu hamil anemia?
Anemia dapat membahayakan ibu hamil dan bayi. Kekurangan darah berisiko membuat bayi lahir dengan bobot rendah, prematur, cacat lahir, memiliki anemia, bahkan kematian.
Anemia pada ibu hamil Hb berapa?
Ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 7 g/dL sudah dikategorikan anemia dan disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter/bidan.
Bagaimana ciri-ciri hamil kurang darah?
Gejala hamil kurang darah antara lain napas pendek, mudah lelah, lemas dan lesu, sulit berkonsentrasi, detak jantung cepat dan tak beraturan, kulit pucat, pusing/kunang-kunang, serta sakit di bagian dada.
Itulah hal penting yang perlu Bunda ketahui seputar kondisi anemia pada ibu hamil. Semoga bermanfaat, ya!
***
Artikel telah diupdate oleh: Anna Nurjanah, Alya Rifayani
How to Prevent and Treat Anemia in Pregnancy
https://www.whattoexpect.com/pregnancy/anemia/
/>
Iron deficiency anemia during pregnancy: Prevention tips
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/anemia-during-pregnancy/art-20114455
/>
Anemia in Pregnancy
https://www.webmd.com/baby/guide/anemia-in-pregnancy#091e9c5e809911cb-1-2
/>
Anemia During Pregnancy: Symptoms, Risks & Prevention
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23112-anemia-during-pregnancy#:~:text=You%20may%20have%20anemia%20during,you%20on%20the%20right%20path.
/>
http://dlvr.it/SxqCzL
Anemia pada ibu hamil memang umum terjadi. Kondisi ini disebabkan meningkatnya volume darah selama kehamilan. Namun, kasus anemia yang parah bisa menempatkan ibu dan bayi dalam bahaya.
Risiko anemia ibu hamil tidak main-main, ibu hamil yang mengalami anemia menghadapi risiko kematian dalam masa kehamilan. Setiap tahunnya, terjadi 500 ribu kematian ibu pasca melahirkan di seluruh dunia, sebanyak 20-40% penyebab utama kematian tersebut adalah anemia.
Artikel Terkait: Berbahaya bagi Ibu dan Janin, Kenali Risiko dan Gejala Anemia Saat Hamil!
Bahaya Anemia pada Ibu Hamil
Corazon Zaida N. Gamila, M.D., seorang pakar ginekologi dari Filipina mengatakan, “Peran Zat Besi sebagai salah satu Mikronutrisi yang dibutuhkan ibu selama kehamilan yang menentukan kualitas kesehatan anak di masa depan.”
Kasus anemia yang paling sering terjadi adalah anemia defisiensi besi. Dalam Konvensi Anemia Sedunia tahun 2017 lalu, dinyatakan bahwa sekitar 41,8% ibu hamil di dunia mengalami kondisi anemia.
“Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada ibu hamil meningkatkan dampak atau risiko terjadinya pendarahan, preeklampsia, dan infeksi kehamilan. Ibu hamil yang menderita ADB juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, bayi dengan anemia ataupun kekurangan zat besi, bahkan kematian pada bayi,” paparnya saat ditemui dalam acara Merck Pediatric Forum 2018.
Anemia parah yang dialami ibu hamil juga dapat menyebabkan kerusakan organ vital seperti jantung, otak, hingga kematian. Kondisi anemia yang dibiarkan tanpa pengobatan dapat meningkatkan risiko ibu kehilangan banyak darah selama bersalin.
Oleh sebab itu, sangat penting ibu hamil mengonsumsi asam folat dan suplemen zat besi untuk mencegah anemia ini. Hal ini karena, selama hamil jantung Bunda akan bekerja dua kali lebih keras untuk memberikan nutrisi pada janin. Volume darah di tubuh ibu juga akan meningkat sebanyak 30-50%, yang menyumbang kenaikan berat badan saat hamil.
Jenis Anemia yang Sering Dialami
Terdapat beberapa jenis anemia pada ibu hamil, salah satunya adalah yang disebabkan oleh proses persalinan. Berikut beberapa jenis anemia selama hamil yang perlu diketahui:
1. Anemia defisiensi besi
Seperti telah disebutkan sebelumnya, jenis anemia yang satu ini adalah yang paling sering dialami oleh ibu hamil. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak cukup mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi untuk menghasilkan jumlah hemoglobin yang cukup. Itu adalah protein dalam sel darah merah. Ini membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Pada anemia defisiensi besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup ke jaringan di seluruh tubuh. Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan.
2. Anemia defisiensi folat
Folat adalah vitamin yang ditemukan secara alami dalam makanan tertentu seperti sayuran berdaun hijau. Tubuh membutuhkan folat untuk memproduksi sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat.
Selama kehamilan, perempuan membutuhkan asupan folat ekstra. Namun, kadang-kadang nutrisi ini tidak diperoleh cukup dari makanan. Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat cukup sel darah merah normal untuk mengangkut oksigen ke jaringan di seluruh tubuh. Suplemen folat buatan manusia disebut asam folat.
Kekurangan folat dapat secara langsung berkontribusi pada jenis cacat lahir tertentu, seperti kelainan tabung saraf (spina bifida) dan berat badan lahir rendah.
3. Anemia defisiensi vitamin B12
Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat. Ketika seorang ibu hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan mereka, tubuh mereka tidak dapat memproduksi cukup sel darah merah yang sehat.
Ibu hamil yang tidak mengonsumsi daging merah, daging unggas, produk susu, dan telur memiliki risiko lebih besar mengalami kekurangan vitamin B12. Ini dapat menyebabkan cacat lahir, seperti kelainan tabung saraf, dan dapat menyebabkan persalinan prematur.
Artikel Terkait: 5 Manfaat ikan nila untuk ibu hamil, salah satunya mencegah anemia
Penyebab dan Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil
Kekurangan asupan asam folat dan zat besi menjadi penyebab anemia pada ibu hamil. Jadi, pastikan ibu hamil mengonsumsi cukup asam folat dan zat besi untuk mencegah terjadinya anemia. Asam folat bisa didapat dari makanan yang mengandung asam folat. Selain makanan, ibu hamil juga bisa memperolehnya dari suplemen asam folat.
Sementara itu, setiap ibu hamil memang berisiko mengalami anemia, Bun. Ini terjadi karena tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak kandungan zat besi dan asam folat lebih banyak daripada sebelumnya. Namun, kemungkinan mengalami kondisi ini akan lebih tinggi jika Bunda memiliki faktor risiko anemia pada ibu hamil sebagai berikut:
1. Hamil anak kembar
Bunda yang mengandung lebih dari satu bayi memiliki risiko lebih tinggi mengalami anemia. Ini karena semakin banyak bayi yang dikandung tentunya membutuhkan semakin banyak darah. Pastikan kondisi kehamilan Bunda ini dengan melakukan USG dan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan saran tindakan yang harus dilakukan.
2. Hamil dalam waktu berdekatan
Bunda sedang hamil lagi setelah belum lama melahirkan? Kondisi ini juga bisa memicu anemia pada kehamilan berikutnya. Ini terjadi karena kondisi tubuh yang memerlukan darah berlebih sejak kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya.
3. Muntah-muntah
Morning sickness adalah hal normal yang terjadi pada ibu hamil. Beberapa bumil mengalami mual hingga muntah-muntah di pagi hari atau di waktu-waktu lainnya sepanjang hari. Ini juga dapat meningkatkan risiko Bunda mengalami anemia.
4. Hamil di usia remaja
Apakah Bunda masih tergolong dalam usia remaja? Jika iya, maka kandungan Bunda memerlukan penanganan khusus agar tetap kuat. Bukan hanya untuk janin, ibu juga memerlukan perhatian lebih karena memiliki risiko lebih tinggi terpapar anemia.
5. Kurang konsumsi zat besi
Selama hamil, Bunda harus memerhatikan asupan apa saja yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu yang paling penting adalah konsumsi makanan yang kaya akan zat besi.
Bunda bisa mengonsumsi sayuran hijau seperti bayam, brokoli, telur, buah bit, dan masih banyak lagi. Tambahan vitamin zat besi yang disarankan oleh dokter juga bisa dikonsumsi sebagai asupan tambahan.
6. Mengalami anemia pada kehamilan sebelumnya
Bila Bunda pernah mengalami anemia pada kehamilan sebelumnya, maka kehamilan berikutnya berisiko mengalami kondisi yang sama. Untuk mencegahnya, Bunda bisa mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, folat dan jga B12. Selain itu, konsultasikan dengan dokter mengenai kondisi ini agar bisa dilakukan tindakan pencegahan.
Artikel Terkait: Mencegah anemia pada ibu hamil, lakukan 5 cara sederhana berikut ini
Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil dapat diketahui dari sejumlah gejala-gejala yang dialami. Berikut ini beberapa gejala anemia pada ibu hamil:
Mudah lelah
Lemas dan lesu
Detak jantung lebih cepat dan tidak beraturan
Sulit berkonsentrasi
Napas pendek
Kulit pucat
Sakit di bagian dada bisa jadi salah satu ciri ciri anemia pada ibu hamil
Pusing atau berkunang-kunang
Tangan dan kaki terasa dingin
Cara Mendiagnosis Anemia pada Ibu Hamil
Pada pemeriksaan pertama kehamilan, Bunda biasanya akan diminta untuk melakukan tes darah. Tes inilah yang bisa mendiagnosis apakah Bunda mengalami anemia atau tidak. Tes darah tersebut biasanya meliputi:
1. Tes hemoglobin
Tes ini mengukur jumlah hemoglobin dalam darah. Hemoglobin sendiri merupakan protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dalam tubuh.
2. Tes hematocrit
Tes ini mengukur persentase sel darah merah yang terkandung pada sampel darah Bunda. Jadi, kedua tes ini tidak boleh dihindari karena bisa mendiagnosis keadaan Bunda di awal kehamilan.
3. Tes lainnya yang diperlukan
Jika memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit yang lebih rendah dari normal, Bunda mungkin mengalami anemia defisiensi besi. Jika kondisi ini terjadi, dokter Anda mungkin menyarankan pemeriksaan tes darah lainnya untuk menentukan apakah Anda memiliki kekurangan zat besi atau penyebab lain.
Bahkan, jika Bunda tidak mengalami anemia pada awal kehamilan, kemungkinan besar dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan tes darah lagi untuk memeriksa anemia pada trimester kedua atau ketiga.
Seorang ibu hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 7 g/dL dapat dikatakan mengalami anemia parah dan perlu segera dibawah ke UGD. Sedangkan kadar Hb sekitar 6-10 g/dL juga alangkah baiknya mendapatkan transfusi darah apabila memiliki riwayat gangguan hematologis dan postpartum.
Transfusi diperlukan apabila kadar Hb menurun akibat anemia hingga di bawah 6 g/dL, dan akan melahirkan kurang dari 4 minggu. Namun, Anda tetap perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menerima transfusi darah.
Kemenkes RI menganjurkan agar setiap ibu hamil menjalani tes darah, seperti cek kadar Hb. Idealnya satu kali pemeriksaan kandungan pertama di trimester kedua dan sekali pada trimester ketiga. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah Bunda mengalami anemia pada ibu hamil.
Cara Mengatasi Anemia pada Ibu Hamil
Bila Bunda mengalami gejala anemia seperti yang telah disebutkan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk bisa memberikan resep suplemen zat besi sesuai kondisi yang Bunda alami. Berikut beberapa cara lainnya untuk mengatasi anemia pada ibu hamil:
Konsumsi makanan kaya zat besi
Sebagian besar kasus anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi. Oleh karena itu, Bunda perlu mengonsumsi makanan kaya kandungan zat besi, seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, kacang-kacangan, buah kering, dan lain-lain. Jangan lupa perbanyak konsumsi buah yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi lebih maksimal.
Suplemen zat besi tambahan
Dokter kandungan Bunda mungkin meresepkan suplemen zat besi harian untuk dikonsumsi selain vitamin prenatal. Pastikan Bunda mengonsumsi berbagai vitamin prenatal sesuai dengan arahan dan anjuran dokter.
Untuk hasil maksimal, minumlah suplemen zat besi dengan segelas jus jeruk, tetapi hindari jenis yang diperkaya kalsium (vitamin C membantu meningkatkan penyerapan zat besi, tetapi kalsium dapat menurunkannya). Anda juga bisa mengonsumsi atau jus prune yang juga membantu mengatasi sembelit yang tak terhindarkan akibat zat besi ekstra.
Ingatlah bahwa penentuan waktu konsumsi suplemen ini juga merupakan hal yang penting. Selama satu jam sebelum Anda mengonsumsi suplemen zat besi dan dua jam setelahnya, hindari susu, keju, yogurt, telur, bayam, biji-bijian, kopi dan teh, karena dapat menghambat penyerapan zat besi.
Artikel Terkait: 8 Vitamin yang Bagus untuk Ibu Hamil Rekomendas, Ini Cara Memilihnya
Cara Mencegah Anemia pada Ibu Hamil
Agar Bunda tidak mengalami anemia selama kehamilan, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegahnya:
1. Asupan zat besi yang cukup
Meskipun tidak semua kasus anemia pada kehamilan dapat dicegah, mengonsumsi cukup zat besi sangat membantu untuk menghindari kondisi tersebut. Sebelum Bunda hamil, itu berarti mengonsumsi 18 miligram (mg) zat besi per hari. Setelah hamil, Bunda harus menargetkan 27 mg per hari.
CDC merekomendasikan ibu hamil dengan kondisi anemia untuk mengonsumsi suplemen zat besi sebanyak 30 mg/hari sejak cek kandungan pertama kali demi mencegah anemia defisiensi besi. Sementara itu, WHO dan Kemenkes RI merekomendasikan konsumsi suplemen folat anemia dengan dosis 400 mcg/hari.
2. Pola makan sehat
Sementara vitamin prenatal mencakup kebutuhan dasar Anda bersama dengan kebutuhan nutrisi penting lainnya seperti asam folat dan vitamin B12. Bunda juga harus mencoba makan berbagai makanan sehat yang tinggi zat besi. Ini termasuk:
Sereal yang diperkaya zat besi (18 mg per porsi)
Daging sapi tanpa lemak (2 mg dalam 3 ons)
Hati (5 mg dalam 3 ons hati sapi)
Kacang-kacangan dan polong-polongan (4 mg dalam 1/2 cangkir kacang putih; 3 mg dalam 1/2 cangkir lentil)
Sayuran berdaun hijau (6 mg dalam 1 cangkir bayam matang)
Biji-bijian dan kacang-kacangan (2 mg dalam 1 ons atau 18 kacang mete)
Dark chocolate (7 mg dalam 3 ons)
Kentang panggang (2 mg untuk kentang sedang)
Produk susu yang terpasteurisasi
Makanan laut seperti cumi, ikan, dan udang
Sertakan juga makanan yang tinggi vitamin C untuk membantu tubuh Bunda menyerap lebih banyak zat besi. Berikut beberapa di antaranya:
Jeruk
Stroberi
Kiwi
Tomat
Paprika
Bunda bisa mencoba makan makanan tersebut bersamaan dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi. Misalnya, Bunda bisa minum segelas jus jeruk dan makan sereal yang diperkaya zat besi untuk sarapan.
Vitamin C dapat membantu proses penyerapan zat besi dari makanan oleh tubuh lebih efisien. Kebutuhan vitamin C harian bisa didapatkan dari konsumsi suplemen dengan catatan telah dikonsultasikan ke dokter.
3. Asupan Tinggi Folat
Selain zat besi, folat juga diperlukan untuk mencegah anemia. Pilihlah makanan yang tinggi folat untuk membantu mencegah kekurangan folat. Ini termasuk:
Sayuran berdaun hijau
Jeruk
Kacang kering
Roti dan sereal yang diperkaya dengan asam folat
Gandum
Kuning telur
Buah-buahan
Artikel Terkait: 7 Manfaat Telur untuk Bumil yang Jarang Diketahui
4. Rajin Periksa Kehamilan
Ikuti instruksi dokter kandungan Anda untuk memeriksakan kehamilan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dengan demikian, Bunda bisa mengetahui kondisi terbaru dan penanganan yang perlu dilakukan jika terjadi kondisi tertentu, termasuk anemia. Selain itu, jangan lupa untuk mengonsumsi vitamin prenatal yang telah diresepkan oleh dokter untuk menjaga Anda dan buah hati tetap sehat.
Artikel Terkait: 10 Daftar Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1 yang Harus Dilakukan
Pengalaman Anemia pada Ibu Hamil
Anemia kerap terjadi saat kehamilan karena meningkatnya volume darah, dan bisa juga disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi, asam folat, serta vitamin B12. Kondisi serupa juga banyak dialami para ibu hamil yang berbagi pengalamannya lewat theAsianparent Community.
Beberapa ibu mengatakan bahwa dirinya alami anemia saat hamil, bahkan ada yang mempunyai riwayat kurang darah. Kondisi tersebut membuat bunda Mela khawatir jika anemia berpotensi membuat ia kekurangan darah juga lemas saat melahirkan nantinya. Parents, berikut ini ada tips yang dibagikan untuk mengatasi anemia:
Konsultasikan ke dokter
Apabila Anda mengalami anemia, disarankan agar segera berkonsultasi ke dokter atau bidan untuk mengetahui kadar hemoglobin, dan mencari tahu penyebab dari anemia tersebut.
Dokter biasanya akan memberikan suplemen penambah darah yang dikonsumsi menjelang tidur/sesuai resep. Konsumsi obat tersebut tak jarang menimbulkan efek samping pada sebagian orang.
Jika merasakan efek samping seperti mual, muntah, pusing Anda lebih baik meminta saran dokter untuk diresepkan obat lainnya.
Makan makanan bergizi
Makanan juga punya peran besar untuk mencegah terjadinya anemia, terutama yang mengandung zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Bunda Eva memberi tips supaya rutin mengonsumsi makanan kaya zat besi yang bisa diperoleh dari hati ayam, bayam, kacang-kacangan, bayam, dan sebagainya.
Selain makanan, cukupi juga kebutuhan cairan misalnya dengan konsumsi susu, air putih, atau jus buah segar.
Pertanyaan Populer Terkait Anemia pada Ibu Hamil
Apa yang terjadi jika ibu hamil anemia?
Anemia dapat membahayakan ibu hamil dan bayi. Kekurangan darah berisiko membuat bayi lahir dengan bobot rendah, prematur, cacat lahir, memiliki anemia, bahkan kematian.
Anemia pada ibu hamil Hb berapa?
Ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 7 g/dL sudah dikategorikan anemia dan disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter/bidan.
Bagaimana ciri-ciri hamil kurang darah?
Gejala hamil kurang darah antara lain napas pendek, mudah lelah, lemas dan lesu, sulit berkonsentrasi, detak jantung cepat dan tak beraturan, kulit pucat, pusing/kunang-kunang, serta sakit di bagian dada.
Itulah hal penting yang perlu Bunda ketahui seputar kondisi anemia pada ibu hamil. Semoga bermanfaat, ya!
***
Artikel telah diupdate oleh: Anna Nurjanah, Alya Rifayani
How to Prevent and Treat Anemia in Pregnancy
https://www.whattoexpect.com/pregnancy/anemia/
/>
Iron deficiency anemia during pregnancy: Prevention tips
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/anemia-during-pregnancy/art-20114455
/>
Anemia in Pregnancy
https://www.webmd.com/baby/guide/anemia-in-pregnancy#091e9c5e809911cb-1-2
/>
Anemia During Pregnancy: Symptoms, Risks & Prevention
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23112-anemia-during-pregnancy#:~:text=You%20may%20have%20anemia%20during,you%20on%20the%20right%20path.
/>
http://dlvr.it/SxqCzL
Posting Komentar untuk "Anemia pada Ibu Hamil: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi"