10 Daftar Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1 yang Harus Dilakukan
Pemeriksaan kehamilan trimester 1 adalah pemeriksaan yang dilakukan selama kehamilan awal untuk memeriksa kesehatan ibu dan janin. Tes prenatal lainnya adalah tes diagnostik yang dapat secara akurat menemukan apakah janin memiliki masalah tertentu. Tes skrining terkadang diikuti dengan tes diagnostik.
Selain itu, pemeriksaan awal kehamilan trimester 1 dapat mendeteksi kondisi yang dapat menempatkan bayi pada risiko masalah, seperti kelahiran prematur jika tidak diobati. Tes juga dapat membantu penyedia layanan kesehatan menemukan hal-hal seperti cacat lahir atau kelainan kromosom.
Artikel terkait: 3 Macam pemeriksaan kehamilan yang penting Ibu Hamil lakukan
Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1 yang Harus Dilakukan
Tes rutin membantu mengawasi kondisi kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan. Itulah mengapa sangat penting untuk menepati semua janji pranatal. Tes skrining dapat menemukan masalah potensial lebih awal.
Berikut ini pemeriksaan awal kehamilan trimester 1 yang biasanya dilakukan, yaitu:
1. Anamnesis Riwayat Kesehatan
Penting sekali mengetahui riwayat kesehatan ibu hamil di awal masa kehamilan. Informasi ini membantu dokter mengetahui apakah Bunda memiliki risiko khusus untuk ditangani, seperti kelainan genetik bawaan.
Adapun beberapa pertanyaan yang biasanya akan diajukan oleh dokter atau petugas layanan kesehatan dalam pemeriksaan riwayat kesehatan.
Riwayat kesehatan keluarga, hal ini untuk mengetahui adanya risiko penyakit genetik atau penyakit bawaan.
Adanya gen kembar dalam keluarga.
Riwayat kesehatan ibu hamil, seperti penyakit apa saja yang pernah dan masih sampai saat ini dimiliki, obat-obatan apa saja yang pernah dan masih dikonsumsi, serta gaya hidup yang dijalani.
Riwayat kehamilan sebelumnya. Bila ibu pernah hamil sebelumnya, apakah ada penyakit yang pernah dialami saat hamil dan bagaimana metode persalinan yang pernah ditempuh.
Riwayat menstruasi, kapan waktu terakhir menstruasi dan masa ovulasi. Hal ini bermanfaat untuk menghitung usia kehamilan.
Biasanya, biaya pemeriksaan riwayat kesehatan ini tergantung biaya dokter. Apabila ibu hamil melakukan pemeriksaan di Puskesmas, ada kemungkinan untuk membayar secara gratis atau hanya membayar biaya administrasi saja.
Artikel Terkait: 10 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 1 Rekomendasi, Sudah Ceklis yang Mana?
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan prenatal selama trimester pertama dimulai dengan pemeriksaan panggul dan Pap smear untuk memeriksa kesehatan sel serviks Anda. Tes ini menyaring kanker serviks dan penyakit menular seksual (PMS) tertentu.
Untuk biaya tes pap smear berkisar mulai dari Rp 150.000. Namun, bagi pengguna asuransi BPJS Kesehatan, layanan pemeriksaan pap smear gratis bagi seluruh peserta.
Selain menjalani pemeriksaan fisik, dokter akan menghitung tanggal jatuh tempo atau hari perkiraan lahir (HPL) berdasarkan tanggal periode menstruasi terakhir.
Artikel terkait: 5 Masalah cairan ketuban yang sering terjadi, Bumil perlu waspada nih!
3. Tes Urine
Anda juga akan dimintai sampel urine sejak dini. Pemeriksaan ini bertujuan agar dokter atau bidan dapat mencari tanda-tanda infeksi ginjal dan dapat memastikan kehamilan dengan mengukur kadar hCG. Tes hCG darah untuk memastikan kehamilan dapat digunakan sebagai gantinya. Sampel urine akan dikumpulkan secara teratur untuk melihat glukosa (tanda diabetes) dan protein, yang dapat menunjukkan preeklamsia, yaitu penyakit akibat kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
Biaya tes hCG sekitar Rp 700.000 di klinik atau laboratorium kesehatan.
4. Tes Darah
Selama salah satu kunjungan pertama, dokter atau bidan akan mengidentifikasi golongan darah dan faktor rhesus (Rh), skrining untuk anemia, memeriksa kekebalan terhadap rubella (campak Jerman), dan tes untuk hepatitis B, sifilis, dan HIV dan PMS lainnya.
Biaya tes darah kehamilan di Puskesmas cenderung lebih murah, berkisar mulai Rp 25.000 untuk setiap jenis pemeriksaan tertentu. Selain itu, ada biaya administrasi mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 20.000.
Sedangkan, untuk tes darah lengkap di laboratorium atau rumah sakit akan dibanderol mulai dari Rp 120.000. Namun, untuk jenis pemeriksaan darah lainnya dikenai biaya berbeda.
5. Tes Air Liur
Tergantung pada latar belakang ras, etnis, atau keluarga, Bunda mungkin ditawari tes dan konseling genetik untuk menilai risiko penyakit seperti Tay-Sachs, cystic fibrosis, dan anemia sel sabit (jika ini tidak dilakukan pada kunjungan prakonsepsi). Pengujian untuk beberapa penyakit ini juga dapat dilakukan dengan air liur.
Meski begitu, pemeriksaan ini masih jarang dilakukan di Indonesia. Umumnya, ibu hamil akan meludah atau dikorek air liurnya untuk mengetahui kadar hormon hCG.
Artikel Terkait: Penjelasan Lengkap: Apa Itu Trimester Kehamilan, Gejala, Gangguan, dan Pemeriksaan yang Perlu Dilakukan
6. Tes USG
Ini adalah tes umum yang paling sering dilakukan sejak awal kehamilan hingga menjelang persalinan. Ultrasonografi atau USG digunakan selama kehamilan untuk memeriksa perkembangan bayi, adanya kehamilan ganda, dan untuk membantu mendeteksi adanya kelainan.
Pemindaian ultrasound tidak 100 persen akurat, tetapi keuntungan dari tes ini adalah tidak invasif, tidak menyakitkan, dan aman untuk ibu dan bayi yang belum lahir.
Pada trimester pertama, USG dilakukan dalam 3 bulan pertama kehamilan digunakan untuk memeriksa bahwa embrio berkembang di dalam rahim (bukan di dalam tuba fallopi), mengkonfirmasi jumlah embrio, dan menghitung usia kehamilan dan bayi batas waktu.
Prosedurnya tergantung pada jenis USG yang digunakan, termasuk:
USG transabdominal. Dalam prosedur ini, Anda cukup berbaring di meja pemeriksaan atau tempat tidur, kemudian akan dioleskan gel ke perut untuk memberikan kontak yang lebih baik antara kulit dan pemindai. Sonografer menggerakkan pemindai dalam berbagai posisi. Gambar dikirim langsung ke monitor terdekat. Sonografer kadang-kadang harus mendorong cukup kuat untuk melihat struktur yang lebih dalam. Pemindaian biasanya memakan waktu sekitar 30 menit.
USG vagina. Dalam beberapa kasus, USG transabdominal tidak dapat menghasilkan gambar yang cukup jelas. Mungkin ada terlalu banyak udara di usus dan udara merupakan konduktor gelombang suara yang buruk. Dalam USG ini, pemindai ramping dimasukkan ke dalam vagina untuk memeriksa kondisi di dalamnya. Pemindaian biasanya memakan waktu sekitar 30 menit.
Biaya tes USG bermacam-macam, mulai dari Rp 120.000. Bahkan, pemeriksaan utrasonografi di Puskesmas dapat dilakukan secara gratis dan ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
7. Tes TORCH
Salah satu pemeriksaan kehamilan trimester 1 adalah pemeriksaan TORCH. Ini adalah serangkaian tes untuk mendeteksi infeksi pada ibu hamil. Infeksi dapat ditularkan ke janin selama kehamilan. Deteksi dini dan pengobatan infeksi dapat mencegah komplikasi pada bayi baru lahir.
TORCH adalah akronim dari infeksi yang tercakup dalam skrining:
toksoplasmosis
lainnya (HIV, virus hepatitis, varicella, parvovirus)
rubella (campak Jerman)
sitomegalovirus
herpes simpleks
sifilis.
Seorang dokter biasanya melakukan beberapa komponen tes TORCH secara rutin ketika seorang ibu hamil melakukan kunjungan prenatal pertamanya. Mereka mungkin melakukan komponen lain jika Bumil menunjukkan gejala penyakit tertentu selama kehamilan. Penyakit ini dapat melewati plasenta dan menyebabkan cacat lahir pada bayi. Kondisi tersebut antara lain:
katarak
ketulian
cacat intelektual (ID)
masalah jantung
kejang
penyakit kuning
kadar trombosit rendah
Tes TORCH tidak memerlukan persiapan khusus. Namun, beri tahu dokter jika Bunda yakin telah terinfeksi virus apa pun yang tercakup dalam pemeriksaan ini. Anda juga harus menyebutkan obat bebas atau resep yang dikonsumsi. Dokter akan memberi tahu jika Bunda perlu berhenti minum obat tertentu atau menghindari makan dan minum sebelum tes.
Sama dengan tes darah pada umumnya, tes TORCH melibatkan pengambilan sampel kecil darah. Darah biasanya diambil dari vena yang terletak di lengan. Bunda cukup pergi ke laboratorium dan phlebotomist akan melakukan pengambilan darah. Mereka akan membersihkan area tersebut dan menggunakan jarum untuk mengambil darah. Mereka akan mengumpulkan darah dalam tabung, atau dalam wadah kecil.
Tes ini menyaring antibodi terhadap penyakit menular. Antibodi adalah protein yang mengenali dan menghancurkan zat berbahaya, seperti virus dan bakteri. Secara khusus, tes menyaring dua antibodi yang berbeda, yaitu imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM).
Hasil tes TORCH menunjukkan apakah Bunda saat ini memiliki penyakit menular atau baru saja mengidapnya. Ini juga dapat menunjukkan apakah Bunda memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu, seperti Rubella, dari vaksinasi sendiri sebelumnya.
Hasil tes positif berarti antibodi IgG atau IgM ditemukan untuk satu atau lebih infeksi yang tercakup dalam skrining. Ini dapat berarti bahwa Anda sedang, atau pernah divaksinasi sebelumnya. Dokter akan menjelaskan hasil tes dan menjelaskannya.
Sementara, hasil tes negatif umumnya dianggap normal, kecuali untuk penyakit yang Anda harus divaksinasi. Ini berarti tidak ada antibodi yang terdeteksi, dan tidak ada infeksi saat ini atau masa lalu.
Antibodi IgM hadir ketika ada infeksi saat ini atau baru-baru ini. Jika bayi baru lahir tes positif untuk antibodi ini, infeksi saat ini adalah penyebab yang paling mungkin. Jika antibodi IgG dan IgM ditemukan pada bayi baru lahir, pengujian tambahan akan dilakukan untuk memastikan apakah bayi memiliki infeksi aktif. Jika Bunda dites positif untuk antibodi IgM selama kehamilan, pengujian lebih lanjut akan dilakukan untuk memastikan adanya infeksi.
Kehadiran antibodi IgG pada ibu hamil biasanya menunjukkan infeksi atau kekebalan masa lalu. Jika ada pertanyaan tentang infeksi aktif, tes darah kedua dilakukan beberapa minggu kemudian sehingga tingkat antibodi dapat dibandingkan. Jika kadarnya meningkat, itu bisa berarti infeksi baru saja terjadi atau sedang terjadi.
Jika infeksi ditemukan, dokter akan membuat rencana perawatan khusus untuk kehamilan.
Biaya pemeriksaan TORCH ini berbeda-beda tiap laboratorium atau rumah sakit. Namun, umumnya dibanderol mulai dari Rp 2,5 juta.
8. Tes Prenatal Noninvasif (NIPT)
Di bagian akhir trimester pertama, Bunda akan dianjurkan untuk melakukan tes genetik. Namun, beberapa orang merasa bahwa tes ini dapat menyebabkan stres yang tidak semestinya, dan lebih memilih untuk memastikan bayi secara genetik normal setelah melahirkan. Meski begitu, Bunda bisa diskusi dengan dokter atau dengan konselor genetik tentang pro dan kontra melakukan tes genetik ini sebelum memutuskan.
Tes NIPT adalah pemeriksaan materi genetik yang berasal dari plasenta janin di dalam kandungan, yang ikut bercampur di dalam peredaran darah ibu. Tes DNA janin bebas sel ini dapat dilakukan pada awal kehamilan, yakni setelah 10 minggu kehamilan.
Tes ini menggunakan sampel darah untuk mengukur jumlah relatif DNA janin bebas dalam darah ibu. Karena NIPT hanya melibatkan pengambilan darah cepat dengan jarum suntik, maka aman untuk Anda dan bayi.
Diperkirakan bahwa tes tersebut dapat mendeteksi 99% dari semua kehamilan sindrom down. Ini juga menguji beberapa kelainan kromosom lainnya, seperti trisomi 18 (disebabkan oleh ekstra kromosom 18), trisomi 13 (disebabkan oleh ekstra kromosom 13), dan salinan ekstra atau hilang dari kromosom X dan kromosom Y (kromosom seks). Keakuratan tes bervariasi menurut gangguan.
Hasil tes biasanya tersedia dalam 5-14 hari dengan biaya mulai dari Rp 5,5 juta tergantung laboratorium atau rumah sakit yang memeriksa.
Artikel Terkait: 6 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 2 Rekomendasi, Cek!
9. Pengambilan Sampel Vili Korionik (CVS)
Chorionic villus sampling (CVS) adalah tes prenatal yang digunakan untuk mendeteksi cacat lahir, penyakit genetik, dan masalah lain selama kehamilan. Selama tes, sampel kecil sel (disebut vili korionik) diambil dari plasenta di mana ia menempel pada dinding rahim. Vili korionik adalah bagian kecil dari plasenta yang terbentuk dari sel telur yang telah dibuahi, sehingga memiliki gen yang sama dengan bayi.
Anda mungkin ditawari CVS jika memiliki faktor risiko tertentu, seperti:
melahirkan bayi dengan cacat lahir atau penyakit genetik
memiliki anak kembar.
berusia 35 tahun atau lebih
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tertentu
memiliki hasil positif pada tes genetik noninvasif.
Anda akan ditawari tes invasif ini, biasanya antara 10 dan 12 minggu kehamilan. CVS dapat mendeteksi banyak cacat genetik, seperti sindrom down, anemia sel sabit, cystic fibrosis, hemofilia, dan distrofi otot.
Prosedur ini memasukkan kateter kecil melalui leher rahim atau memasukkan jarum ke perut untuk mendapatkan sampel jaringan dari plasenta. Prosedur ini memiliki risiko 1% menyebabkan keguguran dan sekitar 98% akurat dalam mengesampingkan cacat lahir kromosom tertentu.
Berbeda dengan amniosentesis, pengambilan CVS ini tidak membantu dalam mendeteksi gangguan tabung saraf, seperti spina bifida dan anencephaly, atau cacat dinding perut.
Untuk melakukan tes ini, ibu hamil harus merogoh kocek cukup dalam. Pasalnya, rentang harga tes CVS di Indonesia pada ibu hamil sekitar Rp 7 – 10 juta tergantung tindakan yang dipilih dan dokter yang melakukan.
10. Amniosentesis
Seperti namanya, amnio berarti cairan ketuban. Prosedur pemeriksaan ini yaitu dengan mengambil cairan ketuban dari rahim untuk diuji. Amniosentesis dapat digunakan untuk mendiagnosis kedua kondisi kromosom, seperti sindrom down, dan cacat tabung saraf seperti spina bifida.
Sebelum melakukan tes tersebut, ibu hamil dianjurkan untuk menahan buang air kecil. Pasalnya, prosedur ini lebih mudah dilakukan apabila urine memenuhi saluran kemih.
Untuk pengambilan cairan ketuban tersebut, ibu hamil disarankan untuk melakukan posisi litotomi, yaitu posisi berbaring terlentang, lutut dan pinggul ditekuk, serta kedua kaki akan ditopang.
Dokter akan menggunakan anestesi yang disuntikkan di sekitar perut untuk mengurangi rasa sakit, lalu menusukkan jarum ke dinding perut hingga ujung jarum berada di pusat kantung ketuban. Kemudian, cairan ketuban akan diambil sekira 30 ml (sekitar 2 sendok makan). Proses ini berlangsung sekitar 30 detik hingga beberapa menit.
Amniosentesis biasanya akan direkomendasikan kepada ibu hamil saat usia kehamilan mencapai 15-20 minggu. Biaya yang diperlukan untuk tes ini mulai dari Rp 2 juta hingga lebih dari Rp 10 juta.
Artikel Terkait: Tes Amniocentesis untuk Ibu Hamil, Kenali Fungsi, Prosedur, hingga Risikonya
Risiko Pemeriksaan di Trimester Pertama
Pemeriksaan kehamilan tidak menimbulkan risiko keguguran atau komplikasi pada kehamilan. Semua tes atau skrining yang dilakukan termasuk aman. Konsultasikan selalu kepada dokter kandungan untuk memastikan kondisi kesehatan Anda sebelum melakukan skrining.
Terlepas dari itu, pemeriksaan kehamilan trimester 1 adalah opsional. Artinya, tidak perlu semuanya harus dilakukan. Kendati demikian, alangkah baiknya agar Bunda selalu melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin dengan dokter kandungan atau bidan guna mengetahui kondisi kesehatan ibu dan bayi, serta tes apa yang selanjutnya harus dilakukan.
Pertanyaan Populer Seputar Pemeriksaan Kehamilan Trimester Pertama
Berapa Kali Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1?
Pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama perlu dilakukan minimal 2 kali, serta minimal 6 kali selama kehamilan.
Mengutip laman Dinas Kesehatan, pastikan Bunda mendapatkan pelayanan pemeriksaan yang meliputi:
Timbang berat badan serta ukur tinggi badan
Melakukan tes tekanan darah
Melakukan tes nilai status gizi berupa mengukur lingkar lengan atas/LILA
Ukur tinggi fundus uter/tinggi rahim
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetatun apabila diperlukan
Mengonsumsi tablet tambah darah
Periksa laboratorium
Konseling
Trimester 1 Sebaiknya USG Kapan?
Pemeriksaan USG bisa dilakukan mulai pada minggu pertama kehamilan. Namun, perlu diingat bahwa detak jantung janin baru bisa dideteksi pada usia kehamilan 8 minggu. Maka itu, UGS pertama kali saat hamil biasanya disarankan dilakukan ketika usia kehamilan lebih dari 7 minggu.
Vitamin Apa yang Bagus untuk Ibu Hamil Trimeseter 1?
Selain melakukan pemeriksaan kehamilan, Bunda juga perlu memerhatikan asupan nutrisi selama kehamilan. Salah satunya adalah mengonsumsi vitamin yang bagus untuk awal kehamilan. Beberapa vitamin yang disarankan untuk usia kehamilan trimester pertama di antaranya adalah:
Vitamin B kompleks
Vitamin D
Vitamin C
Vitamin A
Vitamin E
Kebutuhan tersebut bisa Bunda penuhi melalui makanan dan minuman yang mengandung vitamin tersebut. Apabila hendak mengonsumsi suplemen vitamin, Bunda sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter. Hal ini karena, suplemen vitamin disarankan hanya dikonsumsi oleh Bunda yang mengalami defisiensi atau kekurangan vitamin tertentu.
Bunda, itulah informasi seputar daftar pemeriksaan kehamilan pada trimester 1 yang perlu dilakukan. Semoga informasi di atas dapat membantu, Bun!
***
First trimester screening
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/first-trimester-screening/about/pac-20394169
/>
Prenatal Tests: First Trimester
https://kidshealth.org/en/parents/tests-first-trimester.html
/>
First Trimester Tests During Pregnancy
https://www.webmd.com/baby/guide/first-trimester-tests
/>
7 Pemeriksaan Kehamilan di Trimester Kedua yang Tidak Boleh Dilewatkan
Cegah stillbirth hingga stunting, ini alasan wajib melakukan pemeriksaan kehamilan!
Pemeriksaan Pertama Kehamilan, Apa Saja yang Wajib Dijalani Bumil?
http://dlvr.it/SxqD52
Selain itu, pemeriksaan awal kehamilan trimester 1 dapat mendeteksi kondisi yang dapat menempatkan bayi pada risiko masalah, seperti kelahiran prematur jika tidak diobati. Tes juga dapat membantu penyedia layanan kesehatan menemukan hal-hal seperti cacat lahir atau kelainan kromosom.
Artikel terkait: 3 Macam pemeriksaan kehamilan yang penting Ibu Hamil lakukan
Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1 yang Harus Dilakukan
Tes rutin membantu mengawasi kondisi kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan. Itulah mengapa sangat penting untuk menepati semua janji pranatal. Tes skrining dapat menemukan masalah potensial lebih awal.
Berikut ini pemeriksaan awal kehamilan trimester 1 yang biasanya dilakukan, yaitu:
1. Anamnesis Riwayat Kesehatan
Penting sekali mengetahui riwayat kesehatan ibu hamil di awal masa kehamilan. Informasi ini membantu dokter mengetahui apakah Bunda memiliki risiko khusus untuk ditangani, seperti kelainan genetik bawaan.
Adapun beberapa pertanyaan yang biasanya akan diajukan oleh dokter atau petugas layanan kesehatan dalam pemeriksaan riwayat kesehatan.
Riwayat kesehatan keluarga, hal ini untuk mengetahui adanya risiko penyakit genetik atau penyakit bawaan.
Adanya gen kembar dalam keluarga.
Riwayat kesehatan ibu hamil, seperti penyakit apa saja yang pernah dan masih sampai saat ini dimiliki, obat-obatan apa saja yang pernah dan masih dikonsumsi, serta gaya hidup yang dijalani.
Riwayat kehamilan sebelumnya. Bila ibu pernah hamil sebelumnya, apakah ada penyakit yang pernah dialami saat hamil dan bagaimana metode persalinan yang pernah ditempuh.
Riwayat menstruasi, kapan waktu terakhir menstruasi dan masa ovulasi. Hal ini bermanfaat untuk menghitung usia kehamilan.
Biasanya, biaya pemeriksaan riwayat kesehatan ini tergantung biaya dokter. Apabila ibu hamil melakukan pemeriksaan di Puskesmas, ada kemungkinan untuk membayar secara gratis atau hanya membayar biaya administrasi saja.
Artikel Terkait: 10 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 1 Rekomendasi, Sudah Ceklis yang Mana?
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan prenatal selama trimester pertama dimulai dengan pemeriksaan panggul dan Pap smear untuk memeriksa kesehatan sel serviks Anda. Tes ini menyaring kanker serviks dan penyakit menular seksual (PMS) tertentu.
Untuk biaya tes pap smear berkisar mulai dari Rp 150.000. Namun, bagi pengguna asuransi BPJS Kesehatan, layanan pemeriksaan pap smear gratis bagi seluruh peserta.
Selain menjalani pemeriksaan fisik, dokter akan menghitung tanggal jatuh tempo atau hari perkiraan lahir (HPL) berdasarkan tanggal periode menstruasi terakhir.
Artikel terkait: 5 Masalah cairan ketuban yang sering terjadi, Bumil perlu waspada nih!
3. Tes Urine
Anda juga akan dimintai sampel urine sejak dini. Pemeriksaan ini bertujuan agar dokter atau bidan dapat mencari tanda-tanda infeksi ginjal dan dapat memastikan kehamilan dengan mengukur kadar hCG. Tes hCG darah untuk memastikan kehamilan dapat digunakan sebagai gantinya. Sampel urine akan dikumpulkan secara teratur untuk melihat glukosa (tanda diabetes) dan protein, yang dapat menunjukkan preeklamsia, yaitu penyakit akibat kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
Biaya tes hCG sekitar Rp 700.000 di klinik atau laboratorium kesehatan.
4. Tes Darah
Selama salah satu kunjungan pertama, dokter atau bidan akan mengidentifikasi golongan darah dan faktor rhesus (Rh), skrining untuk anemia, memeriksa kekebalan terhadap rubella (campak Jerman), dan tes untuk hepatitis B, sifilis, dan HIV dan PMS lainnya.
Biaya tes darah kehamilan di Puskesmas cenderung lebih murah, berkisar mulai Rp 25.000 untuk setiap jenis pemeriksaan tertentu. Selain itu, ada biaya administrasi mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 20.000.
Sedangkan, untuk tes darah lengkap di laboratorium atau rumah sakit akan dibanderol mulai dari Rp 120.000. Namun, untuk jenis pemeriksaan darah lainnya dikenai biaya berbeda.
5. Tes Air Liur
Tergantung pada latar belakang ras, etnis, atau keluarga, Bunda mungkin ditawari tes dan konseling genetik untuk menilai risiko penyakit seperti Tay-Sachs, cystic fibrosis, dan anemia sel sabit (jika ini tidak dilakukan pada kunjungan prakonsepsi). Pengujian untuk beberapa penyakit ini juga dapat dilakukan dengan air liur.
Meski begitu, pemeriksaan ini masih jarang dilakukan di Indonesia. Umumnya, ibu hamil akan meludah atau dikorek air liurnya untuk mengetahui kadar hormon hCG.
Artikel Terkait: Penjelasan Lengkap: Apa Itu Trimester Kehamilan, Gejala, Gangguan, dan Pemeriksaan yang Perlu Dilakukan
6. Tes USG
Ini adalah tes umum yang paling sering dilakukan sejak awal kehamilan hingga menjelang persalinan. Ultrasonografi atau USG digunakan selama kehamilan untuk memeriksa perkembangan bayi, adanya kehamilan ganda, dan untuk membantu mendeteksi adanya kelainan.
Pemindaian ultrasound tidak 100 persen akurat, tetapi keuntungan dari tes ini adalah tidak invasif, tidak menyakitkan, dan aman untuk ibu dan bayi yang belum lahir.
Pada trimester pertama, USG dilakukan dalam 3 bulan pertama kehamilan digunakan untuk memeriksa bahwa embrio berkembang di dalam rahim (bukan di dalam tuba fallopi), mengkonfirmasi jumlah embrio, dan menghitung usia kehamilan dan bayi batas waktu.
Prosedurnya tergantung pada jenis USG yang digunakan, termasuk:
USG transabdominal. Dalam prosedur ini, Anda cukup berbaring di meja pemeriksaan atau tempat tidur, kemudian akan dioleskan gel ke perut untuk memberikan kontak yang lebih baik antara kulit dan pemindai. Sonografer menggerakkan pemindai dalam berbagai posisi. Gambar dikirim langsung ke monitor terdekat. Sonografer kadang-kadang harus mendorong cukup kuat untuk melihat struktur yang lebih dalam. Pemindaian biasanya memakan waktu sekitar 30 menit.
USG vagina. Dalam beberapa kasus, USG transabdominal tidak dapat menghasilkan gambar yang cukup jelas. Mungkin ada terlalu banyak udara di usus dan udara merupakan konduktor gelombang suara yang buruk. Dalam USG ini, pemindai ramping dimasukkan ke dalam vagina untuk memeriksa kondisi di dalamnya. Pemindaian biasanya memakan waktu sekitar 30 menit.
Biaya tes USG bermacam-macam, mulai dari Rp 120.000. Bahkan, pemeriksaan utrasonografi di Puskesmas dapat dilakukan secara gratis dan ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
7. Tes TORCH
Salah satu pemeriksaan kehamilan trimester 1 adalah pemeriksaan TORCH. Ini adalah serangkaian tes untuk mendeteksi infeksi pada ibu hamil. Infeksi dapat ditularkan ke janin selama kehamilan. Deteksi dini dan pengobatan infeksi dapat mencegah komplikasi pada bayi baru lahir.
TORCH adalah akronim dari infeksi yang tercakup dalam skrining:
toksoplasmosis
lainnya (HIV, virus hepatitis, varicella, parvovirus)
rubella (campak Jerman)
sitomegalovirus
herpes simpleks
sifilis.
Seorang dokter biasanya melakukan beberapa komponen tes TORCH secara rutin ketika seorang ibu hamil melakukan kunjungan prenatal pertamanya. Mereka mungkin melakukan komponen lain jika Bumil menunjukkan gejala penyakit tertentu selama kehamilan. Penyakit ini dapat melewati plasenta dan menyebabkan cacat lahir pada bayi. Kondisi tersebut antara lain:
katarak
ketulian
cacat intelektual (ID)
masalah jantung
kejang
penyakit kuning
kadar trombosit rendah
Tes TORCH tidak memerlukan persiapan khusus. Namun, beri tahu dokter jika Bunda yakin telah terinfeksi virus apa pun yang tercakup dalam pemeriksaan ini. Anda juga harus menyebutkan obat bebas atau resep yang dikonsumsi. Dokter akan memberi tahu jika Bunda perlu berhenti minum obat tertentu atau menghindari makan dan minum sebelum tes.
Sama dengan tes darah pada umumnya, tes TORCH melibatkan pengambilan sampel kecil darah. Darah biasanya diambil dari vena yang terletak di lengan. Bunda cukup pergi ke laboratorium dan phlebotomist akan melakukan pengambilan darah. Mereka akan membersihkan area tersebut dan menggunakan jarum untuk mengambil darah. Mereka akan mengumpulkan darah dalam tabung, atau dalam wadah kecil.
Tes ini menyaring antibodi terhadap penyakit menular. Antibodi adalah protein yang mengenali dan menghancurkan zat berbahaya, seperti virus dan bakteri. Secara khusus, tes menyaring dua antibodi yang berbeda, yaitu imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM).
Hasil tes TORCH menunjukkan apakah Bunda saat ini memiliki penyakit menular atau baru saja mengidapnya. Ini juga dapat menunjukkan apakah Bunda memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu, seperti Rubella, dari vaksinasi sendiri sebelumnya.
Hasil tes positif berarti antibodi IgG atau IgM ditemukan untuk satu atau lebih infeksi yang tercakup dalam skrining. Ini dapat berarti bahwa Anda sedang, atau pernah divaksinasi sebelumnya. Dokter akan menjelaskan hasil tes dan menjelaskannya.
Sementara, hasil tes negatif umumnya dianggap normal, kecuali untuk penyakit yang Anda harus divaksinasi. Ini berarti tidak ada antibodi yang terdeteksi, dan tidak ada infeksi saat ini atau masa lalu.
Antibodi IgM hadir ketika ada infeksi saat ini atau baru-baru ini. Jika bayi baru lahir tes positif untuk antibodi ini, infeksi saat ini adalah penyebab yang paling mungkin. Jika antibodi IgG dan IgM ditemukan pada bayi baru lahir, pengujian tambahan akan dilakukan untuk memastikan apakah bayi memiliki infeksi aktif. Jika Bunda dites positif untuk antibodi IgM selama kehamilan, pengujian lebih lanjut akan dilakukan untuk memastikan adanya infeksi.
Kehadiran antibodi IgG pada ibu hamil biasanya menunjukkan infeksi atau kekebalan masa lalu. Jika ada pertanyaan tentang infeksi aktif, tes darah kedua dilakukan beberapa minggu kemudian sehingga tingkat antibodi dapat dibandingkan. Jika kadarnya meningkat, itu bisa berarti infeksi baru saja terjadi atau sedang terjadi.
Jika infeksi ditemukan, dokter akan membuat rencana perawatan khusus untuk kehamilan.
Biaya pemeriksaan TORCH ini berbeda-beda tiap laboratorium atau rumah sakit. Namun, umumnya dibanderol mulai dari Rp 2,5 juta.
8. Tes Prenatal Noninvasif (NIPT)
Di bagian akhir trimester pertama, Bunda akan dianjurkan untuk melakukan tes genetik. Namun, beberapa orang merasa bahwa tes ini dapat menyebabkan stres yang tidak semestinya, dan lebih memilih untuk memastikan bayi secara genetik normal setelah melahirkan. Meski begitu, Bunda bisa diskusi dengan dokter atau dengan konselor genetik tentang pro dan kontra melakukan tes genetik ini sebelum memutuskan.
Tes NIPT adalah pemeriksaan materi genetik yang berasal dari plasenta janin di dalam kandungan, yang ikut bercampur di dalam peredaran darah ibu. Tes DNA janin bebas sel ini dapat dilakukan pada awal kehamilan, yakni setelah 10 minggu kehamilan.
Tes ini menggunakan sampel darah untuk mengukur jumlah relatif DNA janin bebas dalam darah ibu. Karena NIPT hanya melibatkan pengambilan darah cepat dengan jarum suntik, maka aman untuk Anda dan bayi.
Diperkirakan bahwa tes tersebut dapat mendeteksi 99% dari semua kehamilan sindrom down. Ini juga menguji beberapa kelainan kromosom lainnya, seperti trisomi 18 (disebabkan oleh ekstra kromosom 18), trisomi 13 (disebabkan oleh ekstra kromosom 13), dan salinan ekstra atau hilang dari kromosom X dan kromosom Y (kromosom seks). Keakuratan tes bervariasi menurut gangguan.
Hasil tes biasanya tersedia dalam 5-14 hari dengan biaya mulai dari Rp 5,5 juta tergantung laboratorium atau rumah sakit yang memeriksa.
Artikel Terkait: 6 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 2 Rekomendasi, Cek!
9. Pengambilan Sampel Vili Korionik (CVS)
Chorionic villus sampling (CVS) adalah tes prenatal yang digunakan untuk mendeteksi cacat lahir, penyakit genetik, dan masalah lain selama kehamilan. Selama tes, sampel kecil sel (disebut vili korionik) diambil dari plasenta di mana ia menempel pada dinding rahim. Vili korionik adalah bagian kecil dari plasenta yang terbentuk dari sel telur yang telah dibuahi, sehingga memiliki gen yang sama dengan bayi.
Anda mungkin ditawari CVS jika memiliki faktor risiko tertentu, seperti:
melahirkan bayi dengan cacat lahir atau penyakit genetik
memiliki anak kembar.
berusia 35 tahun atau lebih
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tertentu
memiliki hasil positif pada tes genetik noninvasif.
Anda akan ditawari tes invasif ini, biasanya antara 10 dan 12 minggu kehamilan. CVS dapat mendeteksi banyak cacat genetik, seperti sindrom down, anemia sel sabit, cystic fibrosis, hemofilia, dan distrofi otot.
Prosedur ini memasukkan kateter kecil melalui leher rahim atau memasukkan jarum ke perut untuk mendapatkan sampel jaringan dari plasenta. Prosedur ini memiliki risiko 1% menyebabkan keguguran dan sekitar 98% akurat dalam mengesampingkan cacat lahir kromosom tertentu.
Berbeda dengan amniosentesis, pengambilan CVS ini tidak membantu dalam mendeteksi gangguan tabung saraf, seperti spina bifida dan anencephaly, atau cacat dinding perut.
Untuk melakukan tes ini, ibu hamil harus merogoh kocek cukup dalam. Pasalnya, rentang harga tes CVS di Indonesia pada ibu hamil sekitar Rp 7 – 10 juta tergantung tindakan yang dipilih dan dokter yang melakukan.
10. Amniosentesis
Seperti namanya, amnio berarti cairan ketuban. Prosedur pemeriksaan ini yaitu dengan mengambil cairan ketuban dari rahim untuk diuji. Amniosentesis dapat digunakan untuk mendiagnosis kedua kondisi kromosom, seperti sindrom down, dan cacat tabung saraf seperti spina bifida.
Sebelum melakukan tes tersebut, ibu hamil dianjurkan untuk menahan buang air kecil. Pasalnya, prosedur ini lebih mudah dilakukan apabila urine memenuhi saluran kemih.
Untuk pengambilan cairan ketuban tersebut, ibu hamil disarankan untuk melakukan posisi litotomi, yaitu posisi berbaring terlentang, lutut dan pinggul ditekuk, serta kedua kaki akan ditopang.
Dokter akan menggunakan anestesi yang disuntikkan di sekitar perut untuk mengurangi rasa sakit, lalu menusukkan jarum ke dinding perut hingga ujung jarum berada di pusat kantung ketuban. Kemudian, cairan ketuban akan diambil sekira 30 ml (sekitar 2 sendok makan). Proses ini berlangsung sekitar 30 detik hingga beberapa menit.
Amniosentesis biasanya akan direkomendasikan kepada ibu hamil saat usia kehamilan mencapai 15-20 minggu. Biaya yang diperlukan untuk tes ini mulai dari Rp 2 juta hingga lebih dari Rp 10 juta.
Artikel Terkait: Tes Amniocentesis untuk Ibu Hamil, Kenali Fungsi, Prosedur, hingga Risikonya
Risiko Pemeriksaan di Trimester Pertama
Pemeriksaan kehamilan tidak menimbulkan risiko keguguran atau komplikasi pada kehamilan. Semua tes atau skrining yang dilakukan termasuk aman. Konsultasikan selalu kepada dokter kandungan untuk memastikan kondisi kesehatan Anda sebelum melakukan skrining.
Terlepas dari itu, pemeriksaan kehamilan trimester 1 adalah opsional. Artinya, tidak perlu semuanya harus dilakukan. Kendati demikian, alangkah baiknya agar Bunda selalu melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin dengan dokter kandungan atau bidan guna mengetahui kondisi kesehatan ibu dan bayi, serta tes apa yang selanjutnya harus dilakukan.
Pertanyaan Populer Seputar Pemeriksaan Kehamilan Trimester Pertama
Berapa Kali Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1?
Pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama perlu dilakukan minimal 2 kali, serta minimal 6 kali selama kehamilan.
Mengutip laman Dinas Kesehatan, pastikan Bunda mendapatkan pelayanan pemeriksaan yang meliputi:
Timbang berat badan serta ukur tinggi badan
Melakukan tes tekanan darah
Melakukan tes nilai status gizi berupa mengukur lingkar lengan atas/LILA
Ukur tinggi fundus uter/tinggi rahim
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetatun apabila diperlukan
Mengonsumsi tablet tambah darah
Periksa laboratorium
Konseling
Trimester 1 Sebaiknya USG Kapan?
Pemeriksaan USG bisa dilakukan mulai pada minggu pertama kehamilan. Namun, perlu diingat bahwa detak jantung janin baru bisa dideteksi pada usia kehamilan 8 minggu. Maka itu, UGS pertama kali saat hamil biasanya disarankan dilakukan ketika usia kehamilan lebih dari 7 minggu.
Vitamin Apa yang Bagus untuk Ibu Hamil Trimeseter 1?
Selain melakukan pemeriksaan kehamilan, Bunda juga perlu memerhatikan asupan nutrisi selama kehamilan. Salah satunya adalah mengonsumsi vitamin yang bagus untuk awal kehamilan. Beberapa vitamin yang disarankan untuk usia kehamilan trimester pertama di antaranya adalah:
Vitamin B kompleks
Vitamin D
Vitamin C
Vitamin A
Vitamin E
Kebutuhan tersebut bisa Bunda penuhi melalui makanan dan minuman yang mengandung vitamin tersebut. Apabila hendak mengonsumsi suplemen vitamin, Bunda sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter. Hal ini karena, suplemen vitamin disarankan hanya dikonsumsi oleh Bunda yang mengalami defisiensi atau kekurangan vitamin tertentu.
Bunda, itulah informasi seputar daftar pemeriksaan kehamilan pada trimester 1 yang perlu dilakukan. Semoga informasi di atas dapat membantu, Bun!
***
First trimester screening
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/first-trimester-screening/about/pac-20394169
/>
Prenatal Tests: First Trimester
https://kidshealth.org/en/parents/tests-first-trimester.html
/>
First Trimester Tests During Pregnancy
https://www.webmd.com/baby/guide/first-trimester-tests
/>
7 Pemeriksaan Kehamilan di Trimester Kedua yang Tidak Boleh Dilewatkan
Cegah stillbirth hingga stunting, ini alasan wajib melakukan pemeriksaan kehamilan!
Pemeriksaan Pertama Kehamilan, Apa Saja yang Wajib Dijalani Bumil?
http://dlvr.it/SxqD52
Posting Komentar untuk "10 Daftar Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1 yang Harus Dilakukan"