Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hiperlaktasi: Penyebab, Risiko, dan Cara Mengatasinya

Selain permasalahan ASI seret, ternyata beberapa Bunda juga mengalami hiperlaktasi atau ASI berlebih. Ini merupakan sebuah kondisi ketika ASI yang diproduksi malah terlalu banyak, melebihi kebutuhan bayi. Di antara Anda mungkin berpendapat bahwa ini adalah hal positif. Stok ASI untuk si kecil akan aman sehingga Busui tak perlu pusing atau repot pumping atau mengonsumsi booster untuk memproduksi ASI. Meski begitu, kondisi ini juga perlu diwaspadai, Bun. Pasalnya, hiperlaktasi biasanya akan membuat payudara Anda tidak nyaman, bahkan terasa nyeri. Bagi bayi, kondisi kelebihan ASI ini juga bisa menyulitkan ia untuk menyusu hingga meningkatkan risiko tersedak padanya.  Lantas, sebenarnya apa yang menyebabkan produksi ASI bisa berlebihan? Bagaimana cara mengatasinya? Simak ulasan selengkapnya yang telah kami rangkum dari berbagai sumber berikut ini! Artikel terkait: Tips Menghilangkan Kantung Mata untuk Ibu Hamil Menyusui Penyebab Hiperlaktasi Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan sindrom hiperlaktasi atau produksi ASI yang berlebihan. Salah satu yang memengaruhi adalah jumlah kelenjar susu yang dimiliki oleh perempuan.  Secara umum, mengutip laman Baby Center, seorang perempuan biasanya memiliki kelencar susu sekitar 100 sampai 300 ribu. Semakin banyak jumlah kelenjar, maka akan semakin banyak pula jumlah susu yang dihasilkan. Nah, ibu yang mengalami produksi ASI berlebih biasanya memiliki jumlah kelenjar susu yang berada di batas maksimal.  Bukan hanya itu, produksi ASI berlebih juga dipengaruhi atau disebabkan oleh faktor lain juga. Mengutip laman Mayo Clinic, beberapa penyebabnya di antaranya adalah:  Ketidakseimbangan hormon. Salah satunya, terlalu banyak hormon prolaktin yang merangsang produksi susu dalam darah Anda (hiperprolaktinemia) Adanya manajemen menyusui yang kurang baik Efek samping dari konsumsi obat Adanya kondisi medis tertentu Tanda atau Gejala Hiperlaktasi Dari segi ibu menyusui, produksi ASI berlebih bisa ditandai dengan payudara yang terasa penuh dan kencang dalam waktu lama. Payudara juga mungkin akan terasa nyeri dan bisa saja Anda mengalami mastitis.  Hiperlaktasi pada Busui juga bisa ditandai dengan ASI yang keluar terus-menerus dari payudara. Sehingga, hal itu bisa jadi membuat bantalan payudara atau bra dibasahi air susu meski Anda sedang tidak menyusui si kecil. Bunda juga mungkin akan mengeluarkan susu dari payudara yang berlawanan selama menyusui bayi.  Produksi ASI berlebih ini juga biasanya dialami oleh ibu yang baru menyusui, sekitar minggu pertama dan ketiga setelah melahirkan. Di rentang waktu tersebut, produksi ASI yang banyak dinilai normal dan tidak memerlukan pengobatan. Pasalnya, jumlah ASI biasanya akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi dengan sendirinya sekitar tiga bulan ke depan.  Risiko Hiperlaktasi atau ASI Berlebih pada Bayi Selain membuat payudara bunda nyeri dan tidak nyaman, produksi ASI berlebih juga bisa menimbulkan risiko tersendiri bagi buah hati.  Umumnya, jika ibu mengalami hiperlaktasi, bayi mungkin berisiko tersedak karena ASI yang dikeluarkan lebih cepat dari kemampuan ia menyusu.  Mengutip Baby Center, bayi Bunda juga mungkin menjadi lebih cepat kenyang saat produksi ASI Anda berlebihan. Sehingga, ia akan berhenti menyusu sebelum mendapatkan kandungan susu tinggi lemak yang ada dalam ASI. Hal ini pun berisiko membuat bayi jadi memiliki terlalu banyak laktosa di ususnya, sehingga bisa menyebabkan perilaku seperti kolik atau menangis lebih sering dan sulit ditenangkan. Bisa juga menyebabkan gas usus berlebih pada bayi, dan membuat tinja bayi bewarna hijau atau terkadang berbusa.  Selain itu, bayi juga kemungkinan mengalami kenaikan berat badan yang berlebih, atau malah sangat rendah karena nutrisi yang diperlukan belum tersalurkan diakibatkan ia menjadi lebih mudah kenyang.  Tips dan Langkah Mengatasi Hiperlaktasi Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kondisi ini, yaitu: 1. Memompa ASI Secukupnya Sesuai Kebutuhan Bayi Sebelum menyusui, Bunda bisa memompa atau memerah susu dengan tangan secukupnya terlebih dulu untuk memperlambat aliran susu. Namun, jangan terlalu lama, cukup sebatas pengeluaran pertama atau beberapa tetes saja. Jika memakai pompa, atur kecepatannya serendah mungkin. Ini untuk merangsang payudara agar ketika bayi menyusu, payudara bisa mengeluarkan jumlah ASI sesuai dengan kebutuhan si kecil.  2. Menyusui Bayi Sebelum Lapar Kemudian, cobalah menyusui si kecil sebelum ia merasa sangat lapar. Dengan demikian, bayi biasanya akan mengisap lebih lembut sehingga ini akan mengurangi rangsangan berlebih pada payudara yang dapat mempercepat aliran ASI. Artikel terkait: Lezat dan Kaya Nutrisi, Ini 6 Produk Susu untuk Busui Lancar MengASIhi 3. Buat Bayi Sendawa Ketika Terlalu Cepat Menyusu Perhatikan juga kondisi bayi ketika sedang menyusu. Jika ia tampak meneguk susu terlalu cepat atau terlihat kewalahan saat megisap, coba berhentikan sejenak dan buat ia sendawa terlebih dulu kemudian lanjut lagi menyusui.  4. Hindari Mengonsumsi ASI Booster Apabila ASI melimpah, Bunda bisa hindari terlebih dulu mengonsumsi berbagai macam ASI Booster atau pelancar ASI. ASI Booster yang dimaksud bisa berupa susu booster, atau makanan pelancar ASI seperti almond, bayam, dan sebagainya. Hal ini akan membantu mengurangi produksi ASI yang terlalu banyak. 5. Konsultasi dengan Konsultan Laktasi Jika cara tersebut tidak juga membantu mengurangi produksi ASI dan risiko si kecil tersedak masih ada, maka jangan ragu untuk berkonsultasi dengan konsultan laktasi Anda. Dalam beberapa kasus, obat-obatan mungkin akan bisa membantu mengurangi produksi ASI yang berlebihan.  Kondisi setiap ibu dan bayi juga unik dan berbeda-beda, maka dibutuhkan saran yang sesuai agar masalah hiperlaktasi ini bisa diatasi secara tepat sesuai dengan kondisi Anda.  Pertanyaan Populer Seputar Hiperlaktasi atau ASI Berlebihan Kapan Hiperlaktasi Kembali Normal? Salah satu penyebab ASI berlebihan atau hiperlaktasi adalah keteseimbangan hormon Bunda setelah melahirkan. Jika ASI yang keluar terlalu banyak disebabkan faktor ini, maka ASI Bunda akan kembali normal sekitar 4-6 minggu setelah melahirkan.  Apakah Hiperlaktasi Bisa Sembuh? Bunda, hiperlaktasi bisa sembuh atau berhenti dengan sendirinya. Namun, apabila kondisi ini menyebabkan tidak nyaman, Bunda bisa melakukan beberapa cara mengatasi ASI berlebih seperti tidak memompa ASI terlalu lama, menyusui bayi sebelum ia tidak terlalu lapar, dan sebagainya.  Ciri-ciri ASI Melimpah Seperti Apa? Pembengkakan pada payudara bisa menjadi salah satu ciri ASI melimpah atau berlebihan. Serta, biasanya ketika ASI melimpah payudara Bunda juga menjadi lebih sensitif.  Artikel terkait: 5 Manfaat Konsumsi Buah Manggis untuk Busui, Serta Efek Samping yang Perlu Diwaspadai Demikianlah ulasan tentang hiperlaktasi dan cara mengatasinya. Ingat, jika kondisi ini tidak bisa diatasi dengan cara di atas dan mengganggu kenyamanan Anda serta bayi, segeralah berkonsultasi dengan konsultan laktasi terkait, ya. Semoga bermanfaat! *** 5 Jenis Perawatan Tubuh Ibu Menyusui, Bikin Bunda Merasa Lebih Rileks Amankah Penggunaan Cream Temulawak untuk Ibu Menyusui? Ini Penjelasan Pakar Jangan Diabaikan, Ini 5 Manfaat Konsumsi Brokoli untuk Ibu Menyusui!
http://dlvr.it/SvWb7g

Posting Komentar untuk "Hiperlaktasi: Penyebab, Risiko, dan Cara Mengatasinya"