Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesanku untuk Para Bunda yang Hadapi Tantangan Pernikahan: “Kalian Tidak Sendirian”

Banyak orang bilang bahwa ketika Anda menikah dan berkeluarga, saat itulah Anda mengalami perubahan besar dalam hidup. Saya rasa itu benar, karena berbagai tantangan sering ditemui dalam pernikahan. Itulah mengapa, pasangan yang baru menikah diberikan ucapan ‘Selamat Menempuh Hidup Baru’. Akhirnya, saya baru benar-benar paham kalimat itu penuh makna, ketika saya sendiri mengalami yang namanya tiga peran “hidup baru” yang dimaksud. Yaitu menjadi istri, menjadi menantu, dan menjadi seorang ibu. Artikel terkait: Salah Satu Kunci Rumah Tangga Bahagia yaitu Memahami Karakter Pasangan Berbagai Tantangan Pernikahan yang Aku Lalui Awal sebelum menikah, saya selalu membayangkan kehidupan romansa pernikahan yang manis. Lupa bahwa menikah dan berkeluarga ternyata punya banyak rasa di dalamnya. Tantangan sebagai istri dan menantu ini tidaklah mudah. Apalagi, ketika berkeluarga tidak hanya tinggal dengan suami, tapi tinggal bersama mertua dalam satu atap rumah. Ini juga menambah rasa dalam kehidupan berkeluarga. Sebagai istri dan menantu, saya adalah “pendatang” yang harus mampu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai keluarga yang baru. Contohnya, saya yang dulunya suka bangun siang, sekarang selalu bangun pagi. Saya yang dulunya tidak suka masak, jadi belajar memasak. Yang dulunya periang, kini lebih memilih untuk jadi pendiam. Saya yang dulunya suka menyampaikan pendapat, jadi lebih memilih untuk diam dan mengikuti apa pun keputusan keluarga besar. Dan banyak lagi hal lainnya. Lalu, apakah saya mengalami perubahan perilaku, kebiasaan, dan karakter? Jawabannya: iya. Tapi itu semua saya lakukan agar dapat diterima di keluarga baru. Sulit, kah? Iya, sudah pasti. Tantangan Pernikahan Berikutnya: Kehamilan Tidak hanya itu, tantangan selanjutnya adalah ketika hamil (kehamilan pertama). Bagaimana rasanya? Terharu? Bahagia? Bersyukur? Yang jelas, saya bingung harus mulai dari mana untuk menjaga dan merawat si kecil dalam kandungan. Tidak punya pengalaman apa pun dan tidak punya gambaran bagaimana saya harus menjalani 9 bulan ke depan. Ya, itulah perasaan yang mendominasi saat saya memasuki kehamilan pertama. Saya akhirnya merasakan apa yang namanya morning sickness tapi tetap harus bekerja dan beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Perubahan fisik? Jangan ditanya lagi. Ini hal yang sudah pasti terjadi. Saya terlihat tidak merawat diri walaupun ingin. Si kecil yang kian bertumbuh di rahim, juga membuat saya bersemangat tetapi ternyata tidak sejalan dengan fisik yang membuat saya juga harus membatasi diri dan sadar bahwa ruang gerak semakin terbatas. Sakit pinggang, pegal sana-sini, sulit tidur, sesak dan banyak lagi keluhannya. Apalagi, hamil di era pandemi, menjadikan kegiatan menjaga kesehatan diri adalah nomer satu. Singkat cerita, tantangan berikutnya adalah melahirkan. Ini yang terberat. Peran bertambah karena tidak hanya sebagai istri dan menantu, tetapi peran sebagai orangtua. Bunda, Ibu, atau Mama, apa pun sebutannya, peran sebagai orangtua adalah yang tersulit menurut saya. Melewati proses persalinan, saya rasa hanya kami para Bunda, perempuan kuat yang paling tahu rasanya. Tiada kata yang mampu mendeskripsikan sensasi persalinan, entah dengan operasi atau normal. Artikel terkait: “Perjuangan Hamil dan Melahirkan Versi Aku, Si Penderita Penyakit Takikardia” Alami Baby Blues dan Masalah Menyusui Setelah Melahirkan… Pascamelahirkan? Ya, saya mengalami baby blues. Saya menangis, bersedih dan menjadi sangat sensitif terhadap segala hal. Saya tidak mengerti apa yang sedang terjadi dalam tubuh saya. Mengalami demam, terjaga sepanjang malam, tetapi tetap berlomba dengan hormon oksitosin. Harus menyusui, pompa payudara, alami puting lecet, dan payudara yang bengkak. Sungguh, ternyata keputusan menyusui adalah keputusan besar. Lalu, bagaimana dengan peran suami? Saya bersyukur bahwa suami selalu memberikan yang terbaik versi-nya untuk saya dan anak. Suami adalah pendukung menyusui dan partner terbaik yang dapat diajak bekerja sama. Meskipun ada kalanya terdapat gesekan kecil, kami dapat melalui ini bersama. Pesan untuk Para Bunda: “Kalian Tidak Sendirian” Bunda, jika Anda merasakan hal yang sama seperti cerita di atas, atau apa pun cerita versi Anda, selalu percaya bahwa Anda tidak sendiri. Anda tidak perlu merasa tidak bernilai hanya karena Anda belum hamil. Anda tidak perlu merasa tidak pantas dan tidak bernilai hanya karena Anda memberikan susu formula kepada anak Anda. Segala hal tentang menyusui (dengan segala drama di dalamnya), segala hal tentang ASI dan susu formula, dunia KB, menstruasi dikala menyusui, mengganti popok, mengenali tangis bayi, menggendong, bergadang, bermain, stimulasi tumbuh kembang, mempersiapkan MPASI hingga segala urusan rumah tangga dan hubungan dengan suami plus mertua, atau apa pun cerita Anda, jangan merasa tidak bernilai dan lemah karena Bunda tidak sendiri. Artikel terkait: “Meski Mengidap PCOS, Aku Bisa Hamil dan Berhasil Jadi Seorang Ibu” Bunda adalah perempuan terkuat karena Anda mampu bertahan dalam segala situasi sulit yang membuat Anda muak, lelah, dan rasa ingin menyerah. Tak perlu merasa bersalah dengan hal yang membuat Anda merasa tidak pantas menjadi Bunda karena memang tidak ada Bunda yang sempurna. Menangislah jika itu dapat membuat Anda merasa lebih baik dalam mengeluarkan emosi negatif. Berceritalah kepada seseorang atau komunitas yang dapat menguatkan dan memberikan saran tanpa menghakimi. theAsianParent, misalnya. Komunitas luar biasa yang membuat Anda semakin tegar dan belajar. Bunda, Anda adalah perempuan hebat karena dengan kondisi fisik dan mental yang lelah, serta situasi yang sulit, Anda terus berjalan melihat ke depan, bertumbuh dan belajar menjadi pribadi yang kuat. Anda adalah perempuan di belakang layar atas sehat dan bahagianya anak, juga keluarga Anda. Tiada kalimat yang pantas untuk mengungkapkan betapa luar biasanya Anda dalam menjalankan peran sebagai istri, menantu, dan seorang ibu sekaligus. Tulisan ini pun terlalu sederhana untuk menggambarkan berbagai tantangan di dunia pernikahan yang telah Anda lalui. Namun, saya berharap tulisan ini dapat menguatkan. Percayalah, Bunda adalah perempuan hebat dan Anda tidak sendiri! #SemuaPerempuanHebat *** Tulisan ini ditulis oleh Bunda Agustini Kurnia. :  Ingin Sukses Menyusui? Ini 4 Hal Penting yang Perlu Busui Ketahui "Ibu dan Nenek Sakit Keras, Inilah Pengalamanku Menjadi Ibu Sekaligus Seorang Anak" Harus Tinggal Terpisah dengan Anak, Inilah Kisahku Sebagai Seorang Ibu The post Pesanku untuk Para Bunda yang Hadapi Tantangan Pernikahan: “Kalian Tidak Sendirian” appeared first on theAsianparent: Situs Parenting Terbaik di Indonesia.
http://dlvr.it/Rw0lVM

Posting Komentar untuk "Pesanku untuk Para Bunda yang Hadapi Tantangan Pernikahan: “Kalian Tidak Sendirian”"