Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Hari Puisi Nasional, Mengenang Wafatnya Penyair Chairil Anwar

Hari Puisi Nasional diperingati setiap 28 April oleh para pecinta dan penggiat sastra Tanah Air. Berbeda dengan peringatan hari lain yang biasanya bersamaan dengan hari lahir tokoh tertentu, Hari Puisi Nasional bertepatan dengan tanggal meninggalnya penyair legendaris Indonesia, Chairil Anwar. Melansir berbagai sumber, mari kita simak bagaimana riwayat Chairil dan Anwar dan sejarah penetapan hari kematiannya sebagai Hari Puisi Nasional! Artikel Terkait: 11 Ucapan Hari Keluarga Nasional, Berikut Sejarahnya Latar Belakang Chairil Anwar Chairil Anwar lahir pada tanggal 22 Juli 1922 di kota Medan, Sumatera Utara. Pria yang memiliki julukan “Si Binatang Jalang” ini adalah anak tunggal dari pasangan suami-istri Toeloes dan Saleha. Toeloes sang ayah berasal dari daerah Nagari Taeh, Kabupaten Limapuluh Kota. Sementara sang ibu, Saleha, berasal dari Kota Gadang.  Dari pihak keluarga ibu, Chairil memiliki pertalian darah dengan Mohamad Rasad, yang merupakan ayah Sutan Sjahrir. Chairil juga memiliki hubungan kekerabatan dengan wartawan perempuan, Rohana Koedoes. Artikel Terkait: Mengenal Makna dan Sejarah di Balik Peringatan Hari Keluarga Nasional Riwayat Pendidikan Chairil Anwar Chairil kecil menamatkan pendidikan dasarnya di HIS Medan. Ia kemudian melanjutkan sekolahnya ke MULO di Medan, kemudian pindah ke MULO di Jakarta. Dia hanya sempat mengenyam pendidikan hingga kelas dua di MULO Jakarta. Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang senang membaca buku dan tidak pernah putus asa dalam belajar. Terbukti, kala dirinya masih duduk di bangku HIS dan MULO (setara SD dan SMP), Chairil telah membaca buku-buku untuk tingkat HBS yang setara dengan SMA. Kecintaan pada dunia literasi, membuat Chairil “berkenalan” dengan para sastrawan, antara lain H.B. Jassin, Subagyo Sastrowardoyo dan lainnya. Ia pun tak hanya menguasai bahasa Melayu. Ia belajar bahasa asing seperti Inggris, Jerman hingga Belanda. Pada usia yang termasuk muda, ia telah melahap buku-buku berbahasa asing.  Karier Kepenulisan Chairil Anwar Chairil Anwar pertama merilis puisi berjudul Nisan pada tahun 1942. Karya tersebut menandai awal karier kepenulisan Chairil Anwar. Selanjutnya dalam rentang tahun 1942 sampai dengan 1949, Chairil telah menghasilkan kurang lebih 94 tulisan. Tulisan tersebut, termasuk 70 buah sajak asli, 10 sajak terjemahan, 4 saduran, 6 prosa asli dan 4 prosa terjemahan.  Kaum muda generasi film Ada Apa dengan Cinta mungkin familiar dengan salah satu kumpulan puisinya yang berjudul “Aku”. Namun sayang, banyak dari karya Chairil yang lain yang tidak sempat dipublikasikannya.  Puisi-puisi yang dibuat olehnya terkenal erat dengan tema romantisme, rasa individualisme, kematian, hingga perlawanan dan semangat merdeka. Pada masa pendudukan Jepang, ia pernah menggambarkan siksaan Kenpeitai (Polisi Rahasia Jepang) pada puisinya yang berjudul “Siap Sedia”. Oleh karena puisi tersebut, ia ditahan oleh tentara Jepang. Artikel Terkait: 9 Ucapan Hari Guru Nasional yang Indah dan Bermakna Pelopor Angkatan ‘45 Chairil Anwar pun dikenal sebagai salah seorang pelopor Angkatan 45. Bersama dengan Rivai Apin dan Asrul Sani, ia menjadi pelopor puisi modern bangsa Indonesia.  Angkatan ini mengusung tren pemakaian kata dalam syair yang terkesan solid, lugas dan kuat. Puisi berjudul “Aku” yang ditulis Chairil pada 1943, dimuat pada majalah Timur di tahun 1945, merupakan puisi yang punya pengaruh besar dalam Angkatan 45. Penetapan Hari Puisi Nasional Chairil Anwar meninggal karena penyakit paru-paru yang dideritanya, pada tanggal 28 April 1949 di Jakarta. Usianya saat itu masih sangat muda, belum juga genap 27 tahun. Jenazahnya disemayamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.  Atas jasa-jasanya di bidang sastra, pemerintah Republik Indonesia memberi penghargaan Anugerah Seni. Anugerah tersebut ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Agustus 1969. Penghargaan Anugerah Seni diterima oleh Evawani Alissa, putri mendiang Chairil Anwar. Sejak saat itu, hari meninggalnya sang sastrawan ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional. Hari ini dijadikan momentum untuk mengenang karya Chairil sekaligus memberikan semangat bagi penulis muda untuk menghasilkan karya sastra terbaru.  *** Kalender 2022: Daftar Hari Besar Nasional dan Hari Besar Internasional Hari Anak Nasional Jadi Google Doodle, Apa Makna dan Sejarahnya? Sejarah Hari Musik Nasional dan Manfaat Musik bagi Perkembangan Anak
http://dlvr.it/SPNjnr

Posting Komentar untuk "Sejarah Hari Puisi Nasional, Mengenang Wafatnya Penyair Chairil Anwar"