Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Wajib Parents Tahu!

Siapa di antara Parents yang belum tahu soal perbedaan antara stunting dan gizi buruk? 


Beberapa waktu lalu, pembahasan soal stunting jadi sorotan lantaran sempat dibahas pada debat terakhir Pilpres 2024.


Saat itu, Prabowo Subianto sebagai calon presiden nomor urut 2 mengusung program pembagian makanan gratis untuk mencegah stunting. Namun, gagasan itu tidak disetujui oleh calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo. 


Mengapa demikian? Hal ini karena, Ganjar berpendapat bahwa program pembagian makanan gratis hanya berfokus ketika anak sudah dilahirkan. Sementara itu, upaya pencegahan stunting seharusnya dilakukan saat bayi masih dalam kandungan dengan memperhatikan nutrisi ibu hamil. Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa stunting dan gizi buruk merupakan kondisi yang berbeda dan masih banyak yang bingung mengenai perbedaan keduanya. 


Artikel Terkait: Berdampak Krusial, Ini Pentingnya Deteksi Dini Stunting Menurut Dokter
Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk


Stunting dan gizi buruk sebenarnya sama-sama menjadi bagian dalam permasalahan gizi pada anak yang dapat memengaruhi proses tumbuh kembang si Kecil, Parents. 
Stunting


Nah, yang perlu kita pahami, sebagaimana dikutip laman Kementrian Kesehatan, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis pada anak. Kekurangan gizi ini umumnya terjadi ketika bayi masih dalam kandungan dan dampaknya akan terlihat saat anak berusia 2 tahun, di mana ia memiliki tubuh lebih pendek atau sangat pendek dibandingkan anak seusianya. 


Meski begitu, tidak semua anak yang bertumbuh pendek semuanya mengalami stunting, ya. Anak yang tidak mengalami masalah gizi atau sakit yang bertubuh pendek tidak bisa disebut stunting, bisa saja ini disebabkan oleh faktor genetik atau kondisi lain seperti berat badan lahir rendah.


Selain pertumbuhan tinggi badan yang terhambat, stunting juga dapat mengakibatkan si Kecil mengalami perkembangan otak yang tidak optimal sehingga bisa juga memengaruhi kemampuan belajar dan kondisi mentalnya.
Gizi Buruk


Sementara itu, gizi buruk  pada anak adalah kondisi ketika anak kurang mendapatkan nutrisi yang semestinya dia dapatkan sehingga mengakibatkan berat badannya terlalu rendah, tidak sepadan dengan tinggi badannya. Umumnya, kondisi ini terjadi ketika anak sudah dilahirkan ya, Parents. 


Selain tubuh kurus, anak dengan gizi buruk juga biasanya memiliki lingkar lengan atas (LiLA) yang kecil, serta gejala seperti kulit kering, tumbuh kembang tidak optimal, rambut tipis, dan mudah terinfeksi berbagai penyakit atau daya tahan tubuh lemah.



Supaya Parents bisa lebih mudah membedakan keduanya, Anda bisa mengingat hal penting ini:

Stunting: berkaitan dengan gagal tumbuh dan menyoroti tinggi badan, risiko kekurangan gizi kronis yang tidak ditangani dengan baik dialami sejak anak dalam kandungan dan bisa terlihat ketika ia berusia 2 tahun atau di rentang 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Stunting juga sifatnya permanen. Artinya, anak tidak bisa mendapatkan kembali tinggi badan semestinya apabila sudah mengalami kondisi ini. 
Gizi Buruk: bisa dialami usia berapa pun setelah anak dilahirkan dan berkaitan dengan asupan nutrisi yang kurang (dari segi kualitas maupun kuantitas) sehingga utamanya berdampak pada berat badan anak. Kondisi ini juga bisa diakibatkan oleh faktor lain seperti penyakit tertentu yang bisa memengaruhi nafsu makan atau kemampuan anak dalam mendapatkan nutrisi. Salah satunya adalah anak mengalami diare kronis. 

Stunting dan Gizi Buruk Saling Berkaitan


Meski keduanya merupakan kondisi yang berbeda, tetapi stunting dan gizi buruk bisa saling berkaitan dan menjadi penyebab satu sama lain.


Masih mengutip laman Kementrian Kesehatan, anak yang mengalami gizi buruk yang tidak ditangani dengan baik bisa berisiko 3 kali lebih tinggi mengalami stunting. Sementara itu, anak dengan stunting berisiko 1,5 kali lebih tinggi mengalami gizi buruk dibandingkan dengan anak lainnya.


Apabila anak mengalami kedua kondisi ini secara bersamaan, maka risiko komplikasi penyakit hingga kematian akan meningkat. 


Artikel Terkait: Bisa Cegah Stunting, Ini Pentingnya Protein Hewani untuk MPASI Bayi
Upaya Pencegahan


Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, di Indonesia setidaknya ada 3,9% balita yang mengalami gizi buruk, sementara angka prevalensi stunting di Indonesia saat ini adalah 21,6%. Artinya, kedua kondisi ini masih menjadi permasalahan serius yang perlu ditangani. 


Salah satu yang bisa kita lakukan untuk menekan angka ini adalah menerapkan upaya pencegahan yang tepat. 


Misalnya terkait pencegahan stunting, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan dua hal penting yang bisa dilakukan.


Pertama, pencegahan stunting bisa dimulai dari memperhatikan nutrisi anak di 1000 Hari Partama Kehidupan. Kedua, pemenuhan nutrisi sejak masa kehamilan harus berfokus pada penguatan protein hewani. Sumber protein hewani ini bisa didapat dari susu, ikan, ayam, dan telur.


“Mencegah stunting mulainya itu dari sejak masa kandungan, di 1000 Hari Pertama Kehidupan. Di masa ini, ibu hamil harus mulai perhatikan asupan nutrisinya, terutama protein hewani,” ungkapnya dikutip dari Antara.


Selengkapnya, berikut ini beberapa cara mencegah stunting dan gizi buruk yang perlu Parents tahu.
Mencegah Stunting

Perhatikan asupan gizi anak di 1000 hari pertama kehidupannya, yaitu sejak dia dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Maka itu, memperhatikan asupan nutrisi ketika Bunda hamil juga sudah menjadi salah satu upaya untuk mencegah stunting. 
Bunda juga dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan.
Perhatikan kandungan nutrisi ketika si Kecil memasuki masa MPASI.
Periksa tumbuh kembang si Kecil secara rutin ke dokter atau posyandu. Hal ini dilakukan supaya ketika ditemukan kelainan terkait pertumbuhan dan perkembangan anak, bisa segera ditangani dengan cepat dan tepat.
Menjaga kebersihan lingkungan dan terapkan pola hidup sehat agar anak tidak mudah terkena infeksi.

Mencegah Gizi Buruk

Berikan ASI eksklusif hingga anak usia 6 bulan.
Perhatikan kandungan nutrisi ketika si Kecil memasuki masa MPASI.
Periksa tumbuh kembang si Kecil secara rutin ke dokter atau posyandu. Hal ini dilakukan supaya ketika ditemukan kelainan terkait pertumbuhan dan perkembangan anak, bisa segera ditangani dengan cepat dan tepat.
Menjaga kebersihan lingkungan dan terapkan pola hidup sehat agar anak tidak mudah terkena infeksi. 



Artikel Terkait: Stunting pada Anak Bisa Memengaruhi Masa Depannya, Parents Wajib Tahu


Dari penjelasan tersebut, semoga Parents sudah tidak bingung lagi dengan perbedaan antara stunting dan gizi buruk, ya!


***



Mengenal Stunting dan Gizi Buruk. Penyebab, Gejala, Dan Mencegah



https://promkes.kemkes.go.id/?p=8486 />

Stunting vs Wasting pada Anak



https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1673/stunting-vs-wasting-pada-anak />

Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Perlu Dipahami



https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/perbedaan-stunting-dan-gizi-buruk />

Stunting, Wasting, and Micronutrient Deficiency Disorders



https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK11761/ />






Perhatikan Asupan Gizi Anak Prasekolah untuk Cegah Stunting, Begini Rekomendasi Ahli!



3 Jenis Gizi Buruk pada Balita, Kenali Gejala dan Cara Penanganannya



4 Masalah Gizi pada Anak yang Sering Tidak Disadari Orangtua, Apa Saja?


http://dlvr.it/T2MYRK

Posting Komentar untuk "Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Wajib Parents Tahu!"