Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

6 Upacara Sambut Kelahiran Bayi di Indonesia, Unik dan Penuh Makna

Kelahiran bayi merupakan momen istimewa yang patut dirayakan dengan suka cita. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, terdapat upacara khusus untuk menyambut kelahiran bayi lo, Parents. Berikut beberapa upacara kelahiran bayi di Indonesia! Upacara Kelahiran Bayi di Indonesia 1. Turun Mandi dari Sumatera Barat Sumber: https://www.instagram.com/photobo_id/ Dilansir dari Good News From Indonesia, Turun Mandi merupakan tradisi dari suku Minang yang berasal dari wilayah Sumatera Barat. Tradisi ini biasanya dilakukan pada saat bayi baru lahir hingga berusia tiga bulan sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran seorang bayi ke dunia. Upacara Turun Mandi biasanya dilaksanakan di sumber mata air seperti sungai, tempat pemandian, atau sumur. Terdapat beberapa syarat dan ritual yang harus dilakukan saat melaksanakan upacara Turun Mandi. Pertama, pembuatan Sigi Kain Buruak, semacam obor yang terbuat dari kain robek. Sigi dibakar di dalam rumah kemudian dibawa ke tempat upacara Turun Mandi dilaksanakan. Selain itu, terdapat pula Tampang Karambia Tumbua, atau lebih sering dikenal sebagai bibit kelapa siap tanam. Bibit kelapa ini akan dihanyutkan dan ditangkap oleh ibu sang bayi saat upacara Turun Mandi berlangsung. Setelah pulang, bibit kelapa ini harus ditanam sebagai simbolis bekal hidup sang anak kelak. Terdapat juga Tangguak atau alat yang digunakan untuk menangkap ikan. Alat ini melambangkan bekal ekonomi sang anak di masa depan.  Tak ketinggalan pula Palo Nasi, yaitu nasi yang dilumuri dengan arang dan darah ayam. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Palo Nasi ditujukan untuk mengusir setan yang ingin ikut hadir dalam upacara Turun Mandi. Terakhir, disediakan juga Batiah Bareh Badulang atau beras yang digoreng. Makanan tersebut nantinya akan diberikan kepada anak-anak yang ikut serta dalam upacara Turun Mandi sebagai ucapan terima kasih. Setelah upacara Turun Mandi selesai dilakukan, biasanya diadakan juga acara makan dan doa bersama. 2. Brokohan dari Jawa Tradisi Brokohan dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas kelahiran bayi dengan selamat.  Artikel terkait: Mengenal Keunikan Keris Bali yang Sarat Sejarah, Apa Bedanya dengan Keris Jawa? Brokohan berasal dari bahasa Arab, yakni barokah, yang artinya memohon berkah kepada Tuhan atas kelahiran sang buah hati. Upacara ini juga bertujuan untuk memohon keselamatan dan perlindungan untuk bayi yang baru lahir. Saat acara brokohan, biasanya terdapat prosesi penguburan ari-ari bayi yang baru lahir. Para tetangga dan kerabat juga berkumpul untuk mendoakan bayi yang baru lahir tersebut. 3. Ngebuyu dari Lampung Sumber: freepik Ngebuyu merupakan tradisi dari Lampung yang dilaksanakan untuk menyambut bayi yang baru lahir.  Saat upacara Ngebuyu, keluarga bayi yang baru lahir akan menaburkan beras kuning, kemiri, uang, dan permen yang dilakukan pada pagi hari. Benda-benda yang ditaburkan ini memiliki makna tersendiri.  Beras kuning merupakan bentuk rasa saling tolong menolong dan menghargai antar makhluk Tuhan dan juga sebagai bentuk bakti terhadap bumi. Kemiri diharapkan dapat menjauhkan bayi dari pengaruh buruk yang datang dari makhluk halus.  Uang merupakan media dalam mempertemukan keluarga dan kerabat. Sementara itu, permen adalah bentuk rasa saling menyayangi dan harapan agar bayi yang baru dilahirkan dapat diterima oleh keluarga maupun masyarakat. 4. Jatakarma Samskara dari Bali Sumber: https://www.instagram.com/photobo_id/ Jatakarma Samskara merupakan tradisi masyarakat Hindu di Bali saat menyambut kelahiran bayi. Ritual ini diyakini sebagai upaya untuk memberikan keselamatan pada sang bayi hingga besar kelak. Upacara Jatakarma Samskara dipimpin oleh salah seorang keluarga yang dituakan. Awal upacara ditandai dengan pemimpin upacara yang membacakan doa di telinga bayi yang baru lahir. Setelah itu, ari-ari bayi dibersihkan dan dimasukkan ke dalam kendi atau kelapa, lalu ditutup kembali.  Apabila menggunakan kelapa, kelapa tersebut terlebih dulu dibelah menjadi dua bagian dan selanjutnya ditutup kembali. Hal yang tak boleh terlewat yaitu menuliskan aksara Hindu yang berbunyi OMKARA (OM) pada bagian tutup kendi atau bagian atas kelapa. Sementara itu, bagian dasar kendi atau kelapa ditulisi AHKARA (AH). Kendi atau kelapa kemudian dibungkus dengan kain putih yang di dalamnya diberi bunga. Selanjutnya, bungkusan tersebut ditanam di halaman sesuai dengan aturan pula. Artikel terkait: Mengenal Sejarah dan Filosofi Tradisi Tanam Sasi, Sebuah Upacara Kematian dari Papua 5. Medak Api dari Lombok Medak Api merupakan proses pemberian nama kepada bayi setelah berusia tujuh  atau sembilan hari setelah dilahirkan. Acara ini merupakan tradisi khas dari Lombok. Dibutuhkan ketelatenan dalam menyediakan pernak-pernik atau perlengkapan dalam melaksanakan ritual ini. Hal pertama yang dibutuhkan untuk ritual Medak Api yaitu satu buah kelapa tua yang diparut dan dicampur dengan kunyit. Campuran ini akan digunakan untuk berkeramas oleh orang-orang yang terlibat dalam proses ritual. Mernurut kepercayaan, proses ini dapat membuat orang-orang yang terlibat terhindar dari rabun. Tidak hanya bagian daging buahnya, bagian kulit kelapa tua yang kering juga ikut dimanfaatkan. Bagian kulit kelapa tua tersebut akan dibakar hingga menimbulkan asap.  Pemimpin ritual Medak Api akan mengayunkan bayi di atas asap yang mengepul, lalu memutarkan bayi sebanyak sembilan kali sebelum proses pemberian nama (Sembe). Sampai di tahap Sembe, terdapat perlengkapan lain yang dibutuhkan yaitu benang berwarna hitam dan putih. Benang tersebut akan dipintal untuk dijadikan gelang pada kedua pergelangan tangan, kaki, dan pinggang bayi. Selain si bayi, ibunya juga harus memakai pintalan benang hitam dan putih tadi. Pemakaian pintalan benang ini bertujuan untuk menghindarkan bayi dari hal-hal buruk. Benang yang dipintal tersebut tidak boleh diputus kecuali putus dengan sendirinya. Setelah proses pemakaian gelang, bayi pun akan diberi nama sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang tuanya.  Tahap terakhir dari ritual Medak Api yaitu pemijatan kaki ibu dari si bayi agar ia terhindar dari penyakit. 6. Mamoholi Sumatera Utara Sumber: https://www.instagram.com/ritadjanter/ Mamoholi merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba untuk menyambut kelahiran bayi. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas kehadiran seorang anak yang diidam-idamkan di dalam keluarga. Saat melaksanakan tradisi ini, saudara-saudara sekampung akan secara bergantian mempersiapkan makanan bagi seorang ibu yang baru saja melahirkan selama ia belum mampu menyediakan makanannya sendiri.  Makanan yang biasanya disiapkan berupa nasi, lauk pauk dan sayuran yang dipercaya dapat membantu meningkatkan produksi ASI.  Selain dari masyarakat sekitar rumah, para hulahula/tulang juga akan datang untuk menyatakan sukacita dan rasa syukur mereka atas kelahiran bayi dalam keluarga. Para hulahula/tulang yang datang juga masing-masing mempersiapkan makanan. Tradisi ini sebenarnya bermaksud untuk membantu ibu yang baru melahirkan agar bisa istirahat dan mengonsumsi makanan yang cukup bergizi untuk menjamin kelancaran ASI-nya. Nah, itulah berbagai upacara kelahiran bayi di Indonesia yang unik dan penuh makna. Semoga informasi ini bermanfaat, ya, Parents! Mengenal Passiliran, Tradisi Mengubur Bayi di Dalam Pohon Khas Tana Toraja Padusan, Ritual Mandi di Sumber Air untuk Sucikan Diri Sambut Ramadan Sejarah, Asal Usul, dan Alur Cerita Pertunjukan Sendratari Ramayana
http://dlvr.it/SV20vd

Posting Komentar untuk "6 Upacara Sambut Kelahiran Bayi di Indonesia, Unik dan Penuh Makna"